Dewasa  ini  Ilmu  Pengetahuan  dan  Teknologi  atau yang biasa disebut dengan IPTEK mengalami perkembangan yang begitu pesat, berkembangnya IPTEK secara  tidak  langsung  juga  memberikan pengaruh  pada perkembangan dunia pendidikan, dan apabila tidak disikapi dengan baik dan bijak, hal tersebut tentu tak hanya memberikan dampak positif, akan tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif sehingga menyebabkan munculnya berbagai macam permasalahan. Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan pengaruh positif dan mengantisipasi  pengaruh negatif perkembangan IPTEK tersebut, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan dengan berbagai  pengembangan  kemampuan  dan  potensi melalui  program  pendidikan  sebagaimana  yang  tertera dalam  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  20 Tahun  2003  pasal  3  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional yang menjelaskan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional didalamnya.
Sesuai Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional  memiliki  fungsi  dan  tujuan  penting  berkaitan dengan pengembangan kemampuan,  pembentukan  watak, serta  pengembangan  potensi  siswa  baik  dari  aspek kognitif,  afektif,  maupun  psikomotor. Pengembangan kemampuan  dan  potensi  siswa  dapat  dicapai  melalui program pendidikan yang terencana dengan baik. Berhasil tidaknya  suatu  program  pendidikan  yang  direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling terkait, diantaranya yaitu komponen   tujuan,   bahan   pelajaran,   strategi,   sarana prasarana, siswa, dan guru.
Guru   memegang   peranan   penting di dalam kegiatan  pembelajaran.  Sebagai  seorang  pendidik, guru memiliki berbagai peran penting bagi siswanya. Sebagaimana yang dijelaskan Roesminingsih dan Susarno (2014:126), dimana guru memiliki berbagai peran sekaligus di dalam kelas diantaranya yaitu  sebagai demonstrator, pembimbing, inspirator, motivator, korektor,  informator,  mediator,  organisator,  inisiator, fasilitator,  pengelola  kelas,  supervisor,  serta  evaluator. Dari  berbagai  peranan  guru  yang  telah  disebutkan, peranan  guru  sebagai  pembimbing  tidak  kalah  penting. Keberadan  guru  di  sekolah  tidak  lain  yaitu  untuk membimbing  siswanya  agar  menjadi  manusia  dewasa susila yang cakap.
Namun   dalam   praktiknya   hingga   sekarang Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang dikembangkan dengan penyempurnaan pola pembelajaran pasif  menjadi  pembelajaran  kritis,  tujuan  guru  dalam membimbing   siswa   menjadi  manusia   yang   cakap khususnya   belum   sepenuhnya   tercapai.   Hal   ini dikarenakan  masih  ada  guru  yang  seringkali menerapkan komunikasi satu arah dengan model pembelajaran klasikal sehingga  siswa  cenderung  pasif  saat  kegiatan  belajar mengajar  sedang  berlangsung  dan  dapat  mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar   siswa   yang   rendah   dapat   diakibatkan   oleh beberapa  faktor,  diantaranya;  (1) semangat  belajar  siswa yang kurang,  (2)  sarana  belajar  kurang,  (3)  penggunaan model  pembelajaran  yang  tidak  efektif  dan variatif,  serta (4)  guru  kurang bersemangat  dalam  mengajar.  Maka  dari itu  diperlukan  adanya  suatu  model  pembelajaran  yang dapat  menciptakan  suasana komunikatif,  interaktif,  dan kondusif  dalam  proses  pembelajaran,  sehingga  siswa  dan guru  lebih bersemangat  dalam  kegiatan belajar  mengajar serta   hasil   belajar   siswa   dapat   meningkat.
Atas dasar uraian tersebut diatas, penulis ingin berbagi pengetahuan mengenai bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran pada jenjang pendidikan kelas V (lima) sekolah dasar dengan cara mengoptimalkan solusi yang relevan dari beberapa permasalahan berdasarkan hasil identifikasi dan eksplorasi masalah yang terjadi di sekolah tempat Penulis mengabdikan diri sebagai seorang Guru.
Berikut ini Penulis sajikan beberapa alternatif solusi dalam bentuk tabel: