Mohon tunggu...
Akhmad Miftahul Huda
Akhmad Miftahul Huda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY'20

Penyuka Kopi dan Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Metaverse, Apakah Sama dengan Konsep Cyberspace?

31 Desember 2021   16:35 Diperbarui: 1 Januari 2022   07:10 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran dari Augmented Reality, salah satu elemen Metaverse (Sumber: unsplash.com)

Cyberspace atau yang biasa disebut dengan ruang siber secara konseptual merupakan hubungan antar manusia, di mana kata-kata, data, status, kekayaan dan kekuasaan dimunculkan oleh orang-orang yang menggunakan teknologi komunikasi dengan perantara komputer Barker (dalam Sukmono, 2013: 134). Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa cyberspace adalah ruang yang tidak diketahui keberadaannya dan dengan berbagai perkembangan teknologi informasi saat ini, cyberspace memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat untuk berekspresi dan bersuara, di mana kita bisa mengekspresikan diri kita, merespons orang lain, hingga mengakses pesan digital yang dioperasikan situs web di seluruh dunia.

Sedangkan menurut KBBI cyberspace sebagai sebuah ruang informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan internet. Sehingga cyberspace memberikan fasilitas alternatif ruang bagi publik untuk kebebasan berinteraksi dan berbicara. Adapun fasilitas tersebut bisa diakses melalui weblog, platform media sosial dan yang terbaru saat ini UGC (User Generated Content).

Belakangan ini di Indonesia, Metaverse menjadi topik hangat yang sedang dibicarakan orang-orang. Metaverse mulai menjadi trending semenjak CEO Facebook Mark Zuckerberg mengumukan rebranding dari perusahaan media sosial menjadi perusahaan Metaverse. Perusahaan media sosial tersebut mengganti namanya dari yang semula Facebook menjadi Meta. Hal ini dilakukan karena Facebook ingin memperluas pasar mereka, dengan cara menghubungkan dunia nyata dengan virtual, sehingga menghasilkan tren internet yang dibuat nyata.

Istilah Metaverse bukanlah hal yang baru. Secara harfiah “metaverse” umumnya mengacu pada konsep dunia virtual yang dapat diakses oleh banyak orang. Metaverse adalah realitas digital di mana kita bisa bergerak, berkolaborasi, bekerja, bermain dan bersosialisasi.

Kata metaverse merupakan penggabungan dari dua kata yang diawali dengan “meta” yang berarti luar dan “universe” yang berarti alam semesta, menurut laporan oleh New Scientist. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa konsep metaverse ini menggambarkan konsep interaksi internet masa depan, yang terhubung dengan dunia virtual.  Metaverse sepertinya memungkinkan pengguna untuk beralih dari dunia fisik ke versi digital. Saat ini Metaverse didukung oleh teknologi lain seperti VR (Virtual Reality), Augmented Reality dan Internet.

Konsep Metaverse dikembangkan dalam novel fiksi ilmiah “Snow Crash” karya Neal Stephenson. Namun, meskipun ide metaverse dulunya adalah fiksi ilmiah belaka,  mungkin dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, membuat metaverse menjadi sebuah ruang virtual yang akan menjadi kenyataan sekarang dan di masa depan.

Hal ini bisa kita lihat dari perusahaan media sosial Facebook yang melakukan rebranding menjadi Meta, perusahaan multinasional Adidas yang membeli tanah virtual, Travis Scott yang gelar konser virtual di game Fortnite, hingga produsen sepatu dan olahraga terkenal Nike yang berkolaborasi dengan video game Roblox untuk membangun Nikeland. Tidak mungkin perusahaan dan orang-orang tersebut melakukan perubahan hal itu secara cuma-cuma. Mereka pasti memikirkan faktor keuntungan dengan adanya perubahan dari aktivitas fisik menjadi virtual saat ini. Selain itu, mungkin metaverse menawarkan kemudahan bagi perusahaan tersebut untuk meningkatkan interaksi virtual mereka.

Metaverse saat ini tidak hanya mendukung dunia game virtual dan media sosial, tetapi sangat memungkinkan bahwa metaverse akan menghubungkan elemen bisnis, identitas digital, tata kelola terdesentralisasi, dan berbagai aplikasi lainnya di masa depan. Dengan adanya  blokchain membuat semua kepemilikan item di dalam metaverse merupakan milik kita sendiri. Sehingga penggunanya tidak lagi khawatir ketika melakukan transaksi di dalam metaverse dan uang yang digunakan sesuai dengan mata uang yang tersedia di-platform tersebut.

Dari penjelasan di atas, kemudian dapat disimpulkan apa sih keuntungan dengan menggunakan metaverse. Bahkan membuat perusahaan besar, termasuk Facebook telah mengubah namanya menjadi Meta. Salah satu alasannya adalah karena pandemi Covid-19 yang kini melanda hampir seluruh dunia. Pandemi Covid-19 telah menghambat pergerakan dan interaksi kita di dunia nyata. Hal ini membuat konsep metaverse relevan dengan situasi saat ini.

Menurut saya interaksi dengan menggunakan metaverse akan menjadi lebih mudah dan efisien. Hal itu memungkinkan kita untuk melakukan semua aktivitas sehari-hari tanpa berpindah tempat, bersosialisasi secara virtual, dan mengakses semua kegiatan melalui metaverse. Karena metaverse memiliki keunggulan di mana penggunanya bisa melakukan berbagai aktivitas layaknya kehidupan nyata di dalam ruang virtual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun