Mohon tunggu...
Muhammad Firmansyah Kasim
Muhammad Firmansyah Kasim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa di University of Oxford, Inggris, bidang fisika partikel dan fisika akselerator.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Mengenal dan Mengurangi Dampak Tsunami

16 November 2014   11:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:42 4319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini ada sebuah kabar mengejutkan datang dari Sulawesi Utara dan Maluku: terjadi sebuah gempa 7.1 skala Richter dan peringatan dini tsunami dikeluarkan. Untungnya tsunami yang terjadi tidak membuat kerusakan. Berbicara tentang tsunami, hal ini tentu mengingatkan kita mengenai kejadian 10 tahun lalu di Sumatera dan negara-negara sekitar samudera Hindia. Tsunami 26 Desember 2004 lalu menyebabkan lebih dari 200 ribu manusia meninggal dunia dan merupakan jumlah korban tsunami terbanyak sepanjang sejarah manusia.

Indonesia merupakan daerah yang rawan terkena tsunami. Disebutkan ada 28 wilayah di Indonesia yang rawan gempa dan tsunami. Salah satu cara mengurangi dampak tsunami adalah dengan mengenali tsunami lebih dalam. Pada kejadian tsunami 2004, Tilly Smith, seorang gadis berusia 10 tahun berhasil menyelamatkan hampir 100 orang karena gadis tersebut tahu tanda-tanda sebelum tsunami.

Tsunami biasanya ditandai oleh pergerakan air dalam jumlah yang besar. Tsunami biasanya terjadi di Samudera Pasifik. Penyebab tsunami di antaranya gempa tektonik, letusan vulkanik bawah laut, dan longsor bawah laut.

Saat di samudera, ketinggian gelombang tsunami cuma sekitar 1 meter. Kecepatan gelombang tsunami di samudera adalah sekitar 800-900 km/jam, seperti kecepatan pesawat jet. Saat tsunami mencapai laut dangkal dan mendekati garis pantai, kecepatan tsunami berkurang dan 'memadatkan' gelombangnya. Hal ini memperbesar ketinggian gelombangnya hingga dapat mencapai puluhan sampai ratusan meter.

[caption id="attachment_335699" align="aligncenter" width="300" caption="Besar gelombang tsunami di laut dangkal lebih besar daripada di laut dalam. Sumber: wikipedia"][/caption]

Gelombang tsunami sangat bergantung terhadap kontur dasar laut. Ini yang menjadi salah satu penyebab 75% peringatan tsunami adalah false alarm karena tsunami yang diprediksi ternyata bukanlah tsunami yang merusak.

Tanda-tanda kedatangan tsunami di antaranya adalah surutnya air laut secara drastis dan terlihat berbusa. Apabila Anda melihat air laut surut secara drastis, maka Anda memiliki waktu beberapa menit (sekitar 5-10 menit) untuk evakuasi ke tempat yang tinggi. Tilly Smith, gadis berusia 10 tahun, menyadari tanda-tanda ini saat tsunami 2004 dan memberi tahu orang tuanya. Orang tuanya kemudian memperingati turis-turis lain di pantai Maikhao, Thailand, untuk evakuasi sehingga tidak ada korban yang meninggal di pantai tersebut.

[caption id="attachment_335700" align="aligncenter" width="300" caption="Air laut berkurang drastis sebelum tsunami 2004. Sumber: youtube"]

14160871581645881197
14160871581645881197
[/caption]

Bentuk lain pengurangan dampak tsunami adalah dengan memasang tanda peringatan tsunami serta menyiapkan jalur evakuasi apabila terjadi gempa di daerah rawan tsunami. Selain itu, mengenalkan orang-orang sekitar kita tentang tsunami juga dapat menyelamatkan nyawa banyak orang. Banyak orang yang menjadi korban bencana karena tidak tahu tanda-tanda kedatangan bencana sehingga terlambat untuk menyelamatkan diri. Karena itu, mari sebarkan pengetahuan ini untuk selamatkan nyawa banyak orang di masa depan.

--
P.S.: saya bukan ahli tsunami, jadi kalau ada kesalahan dalam artikel ini, mohon dikoreksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun