Mohon tunggu...
Meyiya Seki
Meyiya Seki Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menatap langit malam mencari sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan. Jika tuhan itu memang ada, kenapa harus dia?

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Theis Sesungguhnya adalah Atheis dengan Standard Ganda

28 Juni 2013   12:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:18 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Atheis sering dianggap sebagai kebalikan dari theis. Jika theis adalah orang yang beragama dan percaya pada tuhan, sebaliknya atheis adalah orang yang menolak agama dan tidak percaya tuhan.

Walau sering terjadi pertentangan antara atheis dan theis, akan tetapi ternyata atheis dan theis memiliki kesamaan yang sangat pokok, karena baik atheis maupun theis adalah sama-sama tidak tahu apakah tuhan itu ada atau tidak. Bedanya hanya pada memilih untuk percaya atau tidak pada sesuatu yang tidak jelas keberadaannya.

Sama seperti jika seseorang mengaku memiliki seekor kuda terbang, maka baik theis maupun atheis akan menolak mempercayainya sebelum menyaksikan sendiri bahwa pengakuan orang tersebut adalah benar adanya. Selama tidak terbukti, maka pengakuan tersebut sepenuhnya tidak akan dipercaya.

Namun, walau memiliki kesamaan yang sangat pokok, tetapi terdapat perbedaan yang sangat menyolok terutama menyangkut konsistensi standard yang digunakan. Seorang atheis tidak percaya bahwa kuda terbang itu ada, sebelum kuda terbang itu dapat dibuktikan kebenarannya. Seorang theis juga akan menolak mempercayai hal tersebut sebelum kuda terbang tersebut dapat dibuktikan, tetapi pada sisi lain akan mempercayai bahwa kuda terbang itu ada, hanya karena hal tersebut dikatakan dalam kitab suci mereka.

Dengan demikian, seorang atheis konsisten pada standard penilaian untuk bisa mempercayai sesuatu, sedangkan seorang theis tidak konsisten dalam menilai sesuatu, bahkan seringnya adalah menerapkan standard ganda dalam menilai sesuatu untuk bisa dipercaya atau tidak.

Kesamaan lain dari atheis dan theis adalah sama-sama menolak tuhan, hanya saja bedanya seorang atheis menolak tuhan dan konsisten pada penolakan tersebut. Penolakan seorang atheis adalah atas dasar tidak ada pembuktian tentang kebenaran adanya tuhan. Sedangkan seorang theis juga menolak tuhan, tetapi tuhan dari ajaran agama lain selain tuhan dalam ajaran agamanya.

Artinya, seorang theis menolak tuhan dari ajaran agama lain, karena seorang theis menjagokan tuhan dari agamanya sendiri. Dengan demikian, penolakan theis terhadap tuhan (agama lain), bukan karena alasan tidak ada pembuktian keberadaan tuhan (dari agama lain), tetapi karena theis mempersaingkan tuhan jagoan masing-masing, walaupun tuhan jagoannya juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya, dan ditolak theis dari agama lain juga.

Bagaimana seorang theis yang percaya tuhan, tetapi menolak tuhan hanya karena tuhan tersebut berasal dari agama lain? Dan sebaliknya tuhan yang diyakini oleh theis tersebut juga ditolak oleh theis dari agama lain. Sehingga pada prinsipnya para theis menolak tuhan. Hanya saja, pada satu sisi mereka menolak tuhan, tetapi pada satu sisi mereka menerima tuhan. Menolak karena tuhan tersebut adalah berasal dari keyakinan lain, menerima karena tuhan tersebut adalah tuhan yang terdoktrin dalam dirinya.

Dengan demikian, sesungguhnya seorang theis adalah tidak berbeda dengan seorang atheis. Yang membedakan adalah theis tidak konsisten dan menerapkan standard ganda dalam menentukan ada tidaknya tuhan.

Kiranya, dengan penjelasan ini, maka kita pun tidak heran kenapa para theis menolak tuhan hanya karena tuhan tersebut berasal dari keyakinan di luar keyakinannya.

--- Meyiya Seki

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun