Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mobil Listrik dan Luka Ekologis; Antara Solusi dan Ilusi Menyelamatkan Bumi

26 Juni 2025   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2025   04:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solusi atau ilustrasi menyelamatkan bumi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 


"Apakah kita benar-benar siap menyambut mobil listrik bukan sekadar gaya hidup baru, melainkan sebagai komitmen penuh terhadap bumi yang lebih lestari? Yuk, kita bahas bersama!"

Indonesia, negeri yang begitu kaya akan sumber daya alam, kembali berada di persimpangan jalan. 

Di satu sisi, ada mimpi besar tentang energi bersih dan kendaraan listrik. Di sisi lain, ada jeritan alam yang terluka, hutan yang dibabat, tanah yang tergerus, dan sungai yang tercemar akibat tambang nikel---komponen penting dalam baterai mobil listrik.

Pada suatu pagi yang tenang di pelosok Sulawesi, suara burung-burung yang biasanya riuh kini digantikan deru mesin alat berat. Tanah merah membara, hutan tropis berubah jadi lahan tambang yang tandus. 

Di balik janji besar kendaraan listrik yang bebas emisi, ada luka yang menganga di bumi pertiwi.

Berita tentang Presiden Prabowo yang secara mengejutkan mencabut ribuan izin tambang di kawasan hutan konservasi Raja Ampat membuat publik terbelalak. Banyak yang menyambut dengan haru dan optimisme. 

Namun, sebagian memilih menahan euforia. "Afwan, ana wait and see dulu. Katanya ada satu PT yang tidak dicabut izinnya," tulis seorang komentator. 

Kecurigaan pun muncul---benarkah semua tambang disetop? Apakah ini hanya manuver politik atau sungguh keputusan berani demi menyelamatkan lingkungan?

Faktanya, PT Gag Nikel, yang beroperasi di Pulau Gag, Raja Ampat, disebut-sebut tetap melanjutkan aktivitasnya. Namun, perusahaan ini memang berbeda. Sejak awal, PT Gag Nikel telah mendapatkan izin sesuai zonasi dan peruntukan wilayah. 

Pemerintah daerah Papua Barat Daya dan KLHK menyatakan bahwa operasi perusahaan tersebut legal karena tak berada di kawasan konservasi yang menjadi sasaran pencabutan izin.

Namun, benarkah legalitas cukup jadi alasan untuk terus menambang di surga dunia seperti Raja Ampat? Inilah titik dilematisnya. Masyarakat yang mendambakan pembangunan juga membutuhkan alam yang lestari. Apalagi, pariwisata berbasis ekowisata jauh lebih berkelanjutan daripada pertambangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun