Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radikalisme, Pancasila, dan Indonesia Damai

28 September 2018   00:04 Diperbarui: 28 September 2018   00:17 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - geotimes.co.id

Pembahasan tentang Pancasila memang sudah final. Tapi diskusi agar .masyarakat bisa lebih memahami tentang nilai-nilai Pancasila, harus terus dilakukan, agar anak-anak milenial juga bisa mengerti esensi yang tertuang dalam lima sila tersebut. Kenapa hal ini penting, karena masih saja ada pihak-pihak yang menyatakan bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi. Alasannya tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama muslim. Bahkan ada yang menilai bahwa Pancasila itu merupakan thogut, produk dari demokrasi yang diadopsi oleh negara barat. Sementara negara barat dalam pandangan kelompok radikal adalah negara thogut. Karena Pancasila dianggap thogut, maka tidak perlu untuk dipahami.

Pandangan semancam ini tentu salah kaprah. Entah apa yang salah pada sebagian masyarakat kita, khususnya kelompok intoleran dan radikal. Kenapa sedikit-sedikit mereka mengatakan haram, kafir ataupun thogut. Dan kelompok yang mendapatkan stigma negatinf tersebut, akhirnya dimusui, dipersekusi, bahkan ada juga yang diintimidasi. Nah, hal-hal semacam ini akhirnya justru bertentangan dengan apa yang mereka suarakan tentang muslim tersebut. Kenapa? Karena seorang muslim sejati pasti tidak akan mau mencaci orang lain, tidak akan mau memusuhi, apalagi melakukan persekusi dan intimidasi.

Tuhan meminta kepada setiap umat manusia, untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dalam interaksi itulah, setiap manusia diharapkan bisa saling memahami satu dengan yang lain. Bahwa Tuhan menciptakan setiap makhluk saling berbeda, termasuk manusia. Dan perbedaan itu tidak hanya secara fisik, tapi juga dalam pandangan, bahkan keyakinan. Lalu, kenapa masih ada pihak-pihak yang mempermasalahkan perbedaan itu? Bukankah itu anugerah yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia? Kenapa perbedaan masih dianggap sebagai kafir, thogut dan segala macamnya.

Bibit radikalisme tersebut jelas bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia. Mari kita lihat Pancasila. Lima sila yang tertuang dalam Pancasila tersebut sebenernya mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai keagamaan. Dalam nilai-nilai Pancasila, tidak hanya ada kewajiban untuk memeluk agama sesuai keyakinannya, tapi juga ada anjuran untuk selalu memanusiakan manusia. Bahwa setiap manusia mempunyai hak , kewajiban dan kedudukan yang sama. Karena itulah, manusia tidak boleh saling merendahkan. Setiap manusia Indonesia harus menjunjung tinggi nilai toleransi dan kerukunan antar umat.

Setiap masyarakat Indonesia, juga dianjurkan untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan. Kenapa? Karena masyarakat Indonesia sangat beragam dan luas wilayah yang begitu luas. Jika antar manusia saling mencaci dan memaki, saling persekusi bahkan mengintimidasi, tentu negeri yang luas dan beragam ini akan berubah menjadi negara yang penuh dengan konflik. Tapi Indonesia bukanlah negara konflik, seperti negara di timur tengah pada umumnya. Indonesia adalah negara yang damai, dan sangat menghargai keberagaman. Nilai-nilai ini tertuang dalam Pancasila.

Bahkan ketika terjadi perselisihan, sila keempat mengajarkan untuk mengedepankan musyawarah agar tercapai mufakat. Dan nilai-nilai semacam ini, juga dianjurkan dalam Islam, atapun agama-agama yang lain yang ada di Indonesia. Jadi tidak benar jika Pancasila dianggap tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Ujung dari harapan semua orang adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Itupun juga tertuang dalam Pancasila dan ajaran agama.

Sebenernya, Indonesia adalah negara yang lengkap. Tidak hanya mempunyai dasar kearifan lokal yang baik, tapi juga dasar agama yang benar. Jika masih ada masyarakatnya yang tidak mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, semestinya harus segera melakukan introspeksi, agar bisa secepantnya menjadi Indonesia sejati. Dengan mengimplementasikan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya melakukan ajaran agama, tapi juga bisa membendung penyebaran paham radikalisme yang masih mengkhawatirkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun