Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Ada Wanita Lain yang Memanggil Sayang Selain Dirimu

25 Oktober 2020   12:04 Diperbarui: 25 Oktober 2020   12:11 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riuh ,dikeramain. Suara-suara memanggil seraya membujuk kita untuk datang kepadanya. Suara yang datang dari penjaga los pakaian. Penjaga losnya didominasi oleh kaum hawa. Memang tempat tersebut adalah tempat yang menjual keperluan sandang yang di jual secara grosir meski ada juga menjualnya secara satuan. Pasar butung. Nama yang begitu familiar bagi Rakyat Makassar. Pasar grosir pakaian yang terbesar dan teramai di Makassar. Dan merupakan pasar tertua di Makassar. Lokasinya memang strategis, dekat pelabuhan Sukarno Hatta Makassar, jalur mobilitas perdagangan yang memanfaatkan transportasi laut.dahulu kala di tempat tersebut dikenal dengan kampong butung atau Buton. Kampong yang di dominasi oleh orang-orang Buton  salah satu Suku di Sulawesi tenggara. Mengenai sejarah pasar butung, silahkan mencari literaturnya atau searching di dunia maya.

 Hiruk pikuknya semakin terlihat di saat akhir pekan, hari libur nasional dan apalagi bulan suci ramadhan. Beberapa tahun silam, kegiatan shopping bareng istri ke Pasbut (singkatan dari Pasar Butung). Tujuan mencari pakaian buat anak-anak kami dan juga untuk jualan.

Berbagai pilihan ragam dan corak membuat harus selektif memilihnya karena dana terbatas. Kini pasar butung dipoles sedemikian rupa agar tampak lebih indah dan elegan untuk menarik pengunjung serta menjadi destinasi wisata sandang dan kuliner kota daeng. Berjalan mencari barang yang diinginkan ternyata tidaklah mudah apalagi ditemani isteri yang begitu banyak maunya. Ya, begitulah ibu-ibu dalam belanja, agak ribet. Pindah dari los satu ke los yang lain. Dan bujuk rayu penjaga los pakain belum mampu menggoyahkan hati isteriku untuk membelinya.

“Dipilih,dipilih. Dipilih, ada warnanya. Ada motifnya”.  Kalimat umum yang terlontor dari bibir manis mereka. Namun satu hal yang menjadi ciri khas dari mereka adalah berusaha melayani pembelina dengan ramah dan hangat seperti memanggil pembeli dengan panggilan “sayang”.

“Silahkan masuk sayang, lihat-lihatmi sayang, ada warna dan motifnya”. Akhirnya pada sebuah los, kamipun singgah untuk kesekian kalinya. Aktifitas jual beli dtempat itu cukup padat dengan banyaknya pembeli. Hingga mata tertumbuk pada setelan pakain pria yang menurutku sangat baik untuk dipakai untuk keperluan ibadah. Sang isteripun merespon. “bagus”. Insting berdagang sang penjaga tokopun berjalan. “bisa di coba sayang, ada warna, ukuran dan motifnya sayang”. Betapa terkejutnya ternyata panggilan sayang itu tertuju pada diriku. Hmmm sambil tersipu. Padahal istriku ada didekatku sembari memilih baju yang ingin dibelinya. Ala bisa karena biasa. Karena mereka telah terlatih menyebut kata sayang maka refleks  terucap  bak air mengalir.

Setelah membeli pakaian yang di inginkan kamipun pulang. Sambil melirik ke Isteriku dan berguman. “ternyata ada wanita lan yang memanggilku sayang selain dirimu”. Beliaupun tergelak dalam tawa sambil tangannya mampir keperut dengan membentuk pola cubitan, ah mungkin ini namanya cubitan mesra, meski ada tanda biru disekitar perutku, hmmm.  

Tahun 2014 adalah tahun kami memutuskan untuk menyewa saah satu los di lantai tiga Pasar Butung.apalagi di bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah dan bulan rezeki bagi pedagang. Dan berlangsung satu tahun. Kesibukan bekerja di kantoran dan memilik beberapa anak yang masih kecil membuat usaha itu tidak termanage baik dan akhirnya beralih Olshop (onlineshop).

Makassar, 10/25/2020    10:48

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun