Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Woeei Bassang, Woeei Bassang"

22 Januari 2020   10:57 Diperbarui: 22 Januari 2020   11:15 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"WOEEEI BASSANG, WOEEEI BASSANG,"

"Woeei bassang, Woeei bassang, Woeei bassang". Pekik sang Penjaja Bassang melaju dengan kecepatan sedang, di suatu pagi. Kerumunan anak-anak terlihat melingkar sambil memandang beberapa ayam Bangkok yang usai bertarung. " bagusnya ayammu." Sambil melirik dan berlalu. Ternyata sang Penjaja Bassang tadi yang memberikan komentar.

Hari semakin terik pertanda siang kan menjelang. Masih dengan kecepatan sedang. Sang penjaja bassang melintas dihadapan kami. "Woeei, itu ayam yang na bawa penjual bassangka mirip sekali ayammu". Kata seorang teman dengan wajah terkejut. Spontan kamipun mengejar, negative thinking merasuk dalam sukma kami, karena sewaktu pagi beliau sempat mengagumi ayam Bangkok kesayanganku. ternyata memang ayamnya sungguh mirip. Hmmm. Beribu maaf harus kami haturkan meski maafnya tidak pernah tersampaikan.

Kisah silam di atas masih terekam hingga kini. Jargon jualannya plus cengkoknya masih terngiang dari angan masa lalu. Fokus dari kisah tersebut bukanlah ayam Bangkok aduan tetapi bassang.

Bassang merupakan makanan yang terbuat dari sereal jagung dengan cita rasa yang khas. Bassang atau lengkapnya bubur bassang tetap saja selalu hadir menemani kuliner khas Sulsel, khususnya Makassar. 

Di beberapa sudut kota Makassar, sering bisa dijumpai para penjual bassang dengan  berbagai model jualan. Mulai dari jualan diatas mobil, outlet sederhana hingga jualan keliling. Varian rasa menjadi daya pikat penjual bassang untuk memikat para pembeli. 

Bassang rasa keju, rasa pandan, rasa durian. Meski varian rasa itu hadir namun originalitas rasa khas kuliner Makassar ini tetap tidak kehilangan jejak, ya rasa bassang. Variannya sebagai penguat dan pemberi ornament rasa  bassang. Mungkin para pembuat bassang, ingin menggambarkan rasa lain dari bassang di masa silam.

Disuguhkan dipagi hari adalah hal yang mengukuhkan bassang sebagai makanan pemberi semangat sebelum beraktifitas ditempat kerja bagi penikmat bassang.  

Dengan harapan energi positif merasuk hingga kesumsum tubuh dari nutrisi yang terkandung dari bassang. Kebahagiaan tergambar Kepada kedua belah pihak, pembeli dan penjual bassang tentunya.

Bassang menjadi ikon salah satu sosial kuliner khas Makassar meski berderet sejumlah kuliner terkenal di kota daeng. Seperti ketenaran coto Makassar yang sudah menusantara. Bassang yang mungkin dipropinsi atau daerah lain di Indonesia ada meski dengan nama yang berbeda namun kehadirannya identik dengan kota Makassar. 

Bassang layak menjadi wisata kuliner menemani kuliner bubur lainnya. Di tengah maraknya jajanan makanan yang bermerk. Sebahagian orang ada yang mulai gengsi dengan bassang, ya dikarenakan dari namanya yang primordial dan bahan bakunya begitu sederhana serta dianggap sebagai makanan pinggiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun