Hari Kasih Sayang, yang lebih dikenal sebagai Hari Valentine, sering kali dipahami sebagai momen romantis antara pasangan. Namun, jika kita menelaah lebih dalam, kasih sayang memiliki makna yang jauh lebih luas. Kasih sayang bukan hanya soal cinta antara dua insan, tetapi juga tentang bagaimana manusia memanifestasikan kepedulian, empati, dan solidaritas terhadap sesama. Dalam konteks organisasi, kasih sayang menjadi elemen fundamental yang menentukan sejauh mana sebuah komunitas dapat bertahan, berkembang, dan memberikan dampak bagi anggotanya serta masyarakat luas.
Bagi Ikatan Mahasiswa Pelajar Manggarai (Imapelma) Ende, Hari Kasih Sayang bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi menjadi momen refleksi tentang bagaimana organisasi ini menanamkan nilai kebersamaan, kekompakan, dan kesepahaman di antara anggotanya. Dengan visi besar sebagai "Intelektual yang Populis", Imapelma-Ende tidak hanya berorientasi pada kecerdasan akademik semata, tetapi juga berusaha membangun generasi muda yang peka terhadap realitas sosial dan memiliki keberpihakan kepada masyarakat.
Dalam konteks ini, kasih sayang tidak hanya menjadi wacana, tetapi harus menjadi landasan nilai yang dihidupi dan diimplementasikan dalam setiap aspek organisasi.
Kasih Sayang sebagai Fondasi Kebersamaan
Organisasi mahasiswa sering kali menghadapi tantangan internal, mulai dari perbedaan pendapat, ego sektoral, hingga dinamika kepemimpinan yang tidak selalu sejalan dengan ekspektasi semua pihak. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat memicu perpecahan dan menghambat kemajuan organisasi.
Di sinilah kasih sayang berperan sebagai perekat utama. Kasih sayang dalam konteks organisasi bukan berarti sekadar bersikap baik satu sama lain, tetapi lebih dari itu---ia adalah kesediaan untuk memahami, mendengar, dan menerima perbedaan sebagai kekuatan.
Semboyan "Muku Ca Pu'u Neka Woleng Curup, Teu Ca Ambo Neka Woleng Lako", menggambarkan filosofi mendalam tentang pentingnya kesatuan dalam organisasi. "Muku Ca Pu'u" berarti bahwa seperti pisang yang tumbuh dalam satu rumpun, setiap anggota Imapelma-Ende harus memahami bahwa mereka adalah bagian dari satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. "Neka Woleng Curup" mengajarkan pentingnya keselarasan dalam komunikasi, bahwa setiap individu harus menjaga keharmonisan dalam berbicara agar tidak menimbulkan gesekan yang tidak perlu.
Lebih jauh, "Teu Ca Ambo" menunjukkan bahwa seperti tebu yang tumbuh bersama, anggota organisasi harus saling menopang dan mendukung satu sama lain dalam setiap tantangan yang dihadapi. "Neka Woleng Lako" menekankan bahwa setelah keputusan bersama dibuat, semua anggota harus bergerak dalam langkah yang sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Dengan kata lain, kasih sayang dalam organisasi tercermin dalam kesetiaan terhadap prinsip kolektif: berbicara dengan satu suara dan melangkah dengan satu tujuan.
Hari Kasih Sayang sebagai Ruang Refleksi Organisasi
Hari Kasih Sayang dapat menjadi momentum bagi Imapelma-Ende untuk melakukan evaluasi diri: