Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kenapa Saya Tidak Suka Instagram, tapi Masih Membutuhkannya

21 Februari 2020   08:55 Diperbarui: 21 Februari 2020   14:37 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from kaspersky.com

Sejauh yang saya tahu, instagram itu cuma punya dua fungsi. Pertama explore, kedua expose. Explore berarti untuk menjelajah, sedangkan expose untuk show off atau pamer. 

Untuk saat ini saya masuk ke dalam kategori explore, dimana saya hanya sesekali menggunakan instagram untuk menjelajahi informasi yang tidak bisa saya dapatkan melalui google, contohnya kompetisi perlombaan, kabar terkini aktor favorit saya dan terkadang saya masih stalking akun teman-teman saya atau seseorang dari masa lalu saya. Yah, saya tidak bisa munafik kalau saya masih menggunakannya, sekalipun saya sudah uninstall aplikasi itu dari smartphone saya.

Alasan saya uninstall instagram

Kira-kira sudah tiga bulanan saya sudah tidak pernah aktif lagi di instagram. Semua berawal dari rasa jenuh dan kecanduan berlebihan saya akan aplikasi itu. Tiap hari saya memikirkan gambar apa yang akan saya post di feed instagram, mau buat insta story apa, semua terkesan seperti apa lagi ya yang pengen aku pamerin ke mereka. Damn, it's so frustating for me.

Dulu saya menganggap hal itu wajar dan menyenangkan, namun lama-lama kok buat saya aneh dan tidak beres. Saya jadi bolak-balik buka instagram, lalu melihat berapa jumlah like yang saya dapat, siapa saja yang sudah melihat insta story atau feed saya, apakah teman-teman kuliah saya juga melihat, apakah mantan juga melihat, kemudian mulai kesal dengan jumlah followers yang terus stagnan.

Hal yang paling menyebalkan adalah saya juga kecanduan untuk melihat insta story teman-teman saya, dari yang akrab sampai yang tidak sekalipun. Saya tidak tahu kenapa saya harus melihat-lihat kehidupan mereka seolah mereka penting sekali buat saya. 

Jujur hal itu hanya membuat saya makin tidak beres, karena berusaha membandingkan diri atau kehidupan saya dengan mereka. Hal-hal seperti inlah yang kenyataannya mengganggu pskilogis saya.

Di satu moment, saya bilang pada diri saya sendiri bahwa, saya menghabiskan banyak waktu percuma hanya untuk instagram. Waktu tersebut harusnya bisa saya pakai untuk hal lain yang lebih berguna, seperti membaca atau kegiatan lain yang memiliki output yang lebih baik. Dan itu sangat lumayan.

Kenyataannya tidak semudah itu, sekalipun saya sudah uninstall instagram, saya enggan untuk  menghapus akun saya. Saya merasa harus membiarkan akun saya ada, tapi jangan pernah post insta story atau feed lagi. Saya merasa hal itu cukup buat diri saya lega. Saya sadar bahwa sebagian dari diri saya masih ingin menggunakan instagram. 

Namun untuk sekarang intensitas saya di instgram sudah sangat berkurang dibanding dulu. Mungkin karena rasa jenuh, bosan, dan benci saya terhadap aplikasi tersebut. Yang jelas, dengan tidak aktif lagi di instagram, justru membuat saya lebih bahagia dan lega.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun