Mohon tunggu...
Melka Reimanda
Melka Reimanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UMY

nope

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Gerakan Separatisme di Atas Identitas Sosial Pemerstau Bangsa

14 April 2021   14:28 Diperbarui: 14 April 2021   14:34 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan jumlah suku, agama, dan bahasa yang beragam. Walaupun begitu Indonesia memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Masyarakat yang beragam merupakan tantangan bagi pemerintah untuk tetap mempertahankan kesatuan bangsa. Maka dari itu masyarakat juga diharapkan menjaga keutuhan bangsa dengan saling mengahargai perbedaan masing-masing.

Identitas nasional saat ini diyakini dapat menyatukan masyarakat dari berbagai kalangan. Indentitas social sendiri merupakan ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.

Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.

Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan khas yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Bahkan negara yang mudah goyah akan mengalami separatisme.

Separatism adalah paham atau gerakan memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Gerakan separatisme ini bertujuan untuk memisahkan diri dari negara asal untuk menjadi negara sendiri dan merdeka. Ada beberapa penyebab adanya gerakan separatism ini, selain tidak kuatnya persatuan dan kesatuan bangsan, separatsime ini juga disebabkan oleh krisis ekonomi dan kemanusiaan, pemulihan ekonomi yang lamban, hingga politik licik dan masalah social. Contoh dari gerakan separatisme di antaranya adalah pemberontakan PKI di Madiun, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Maluku Selatan, G30S PKI, dan sebagainya.

Bila dijabarkan alasan-alasan timbulnya konflik horizontal dan vertical ialah seperti berikut,

  1. Krisis ekonomi dan lambatnya pemulihan ekonomi. Krisis ekonomi ditandai merosotnya daya beli masyarakat akibat inflasi dan terpuruknya nilai tukar, turunnya kemampuan produksi akibat naiknya biaya modal, dan terhambatnya kegiatan perdagangan dan jasa akibat rendahnya daya
    saing.
  2. Krisis politik. Konflik antara elite politik yang hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri, pada akhirnya menciptakan kondisi instabilitas politik. krisis politik ini menyulitkan lahirnya kebijakan yang utuh dalam mengatasi krisis ekonomi. perpecahan elite poltik disertai defisiensi pemerintah menjalankan fungsinya berakbiat pada ketidak mampuan pemerintah dalam memberi pelayanan publik akan makin merosot yaitu fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi seluruh masyarakatnya. Hal ini berkaibat pada timbulnya rasa ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahannya. Krisis politik juga dapat disebabkan oleh ketidaksiapan pelaksanaan Otonomi Daerah yang berujung pada timbulnya rasa ketidakadilan. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang kurang tepat mengakibatkan kurang meratanya penyebaran penduduk dan tidak berhasilnya pemberdayaan masyarakat
  3. Krisis sosial. Sikap primodialisme dan ekslusivisme bernuansa SARA. Pertautan antara adanya kelompok masyarakat yang sulit menerima perbedaan dengan sejumlah alasan
  4. Lemahnya penegakan hukum dan HAM sehingga terkesan seperti adanya pembiaran yang dilakukan oleh negara terhadap kekerasan yang terjadi di sejumlah daerah, serta
  5. Intervensi internasional. Adanya pihak dari luar negara masuk ke dalam negara yang berupaya untuk memecah belah dan mengambil untung dari perpecahan tersebut dengan menanamkan pengaruhnya terhadap kebijakan politik dan ekonomi negara tersebut (khususnya negara-negara pasca merdeka).

Kondisi-kondisi seperti di atas bisa menjadi pemicu lahirnya gerakan-gerakan anti-pemerintah yang terorganisasi maupun gerakan separatis. Bila pemerintah tidak segera menindaklanjuti maka yang terjadi sudah pasti disintegrasi bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun