Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Indonesia Layaknya Menjadi Tontonan dan Tuntunan

25 Agustus 2022   00:00 Diperbarui: 25 Agustus 2022   00:11 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Indonesia mulai mengenal film pada 1900, ketika masih dijajah oleh Belanda.

Kala itu, diadakan pemutaran film dokumenter perdana yang masih bisu tentang perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Kebon Jae, Tanah Abang.

Dalam kurun waktu dua setengah dekade berikutnya, film-film dari Amerika dan China mulai masuk ke Indonesia.

Pada 1926, Indonesia mulai memproduksi film sendiri yang berjudul Lotoeng Kasaroeng, karya G. Kruger dan L. Heuveldorp. Sekarang, perfilman Indonesia terlihat bangkit. Banyak film yang muncul. Misalnya, film Desa Penari sempat booming di beberapa waktu yang lalu. Dalam rentang waktu singkat film ini telah menyedot perhatian banyak pihak.

Secara pribadi saya kurang begitu tertarik dengan film ini seperti ketertarikan saya kepada Laskar Pelanginya Andrea Hirata, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Petualangan Sherina, dan Habibie dan Ainun. Film-film tersebut menempati ruang hati saya sampai sekarang.

Sebelum menonton film Laskar Pelangi, saya terlebih dahulu membaca novel Andrea Hirata. Rasa penasaran isi cerita dan alurnya mengantarkan saya untuk memastikan apakah filmnya sebagus novel yang saya baca itu. Ternyata, benar! Film Laskar Pelangi memang bagus. Kisah anak-anak di kepulauan Belitong menggugah banyak pihak.

Film Laskar Pelangi yang mengangkat alam dan budaya Indonesia, terutama pulau Belitong membuat masyarakat seperti saya memahami kehidupan di sana. Nuansa alami yang ditampilkan pemeran anaknya menjadi karakter kuat dalam film ini. Inilah yang membuat film ini bukan sekadar film komersil.

Film Laskar Pelangi memiliki Nilai-nilai pendidikan dan budaya yang kental. Meskipun tanpa adegan dewasa, Laskar Pelangi tetap banyak yang menonton. Artinya, film seperti ini bisa ditonton oleh semua umur meskipun kesannya ditujukan untuk para remaja.

Sama seperti Laskar Pelangi, film Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih pun saya tonton setelah membaca novelnya Habbiburahman El Shirazy. Penceritaan El Shirazy membuat saya masuk dalam ceritanya. Meskipun latar belakang cerita di luar negeri, film ini tidak melepaskan penonjolan nilai budaya Indonesia. Ajaibnya, semua budaya luar itu seakan menjadi hidup dalam narasi yang indah oleh Shirazy.

Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih adalah film dewasa, kisah percintaan yang melekat pada kedua film ini sangat kuat. Meskipun film ini diperuntukkan untuk kaum dewasa, saya merasa film ini tidak terkesan vulgar seperti kebanyakan film dewasa saat ini. Hal ini disebabkan penulis novel ikut andil dalam pembuatan film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun