Sebanyak 42 buku administrasi berhasil disusun dan dicetak, kemudian dibagikan ke setiap RT, dusun, serta unit bank sampah tingkat desa. Diharapkan dengan adanya alat bantu administrasi ini, pengelolaan bank sampah di Desa Margoyoso dapat dijalankan secara lebih profesional, akuntabel, dan berkelanjutan.
Koordinator KKN Desa Margoyoso menyatakan bahwa keberadaan buku ini bukan sekadar kelengkapan dokumentasi, namun menjadi simbol dimulainya kembali gerakan peduli sampah berbasis masyarakat. "Kami ingin menghidupkan kembali semangat yang dulu pernah ada. Melalui administrasi yang rapi, masyarakat bisa melihat manfaat nyata dari pengelolaan sampah, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan," jelasnya.
Ketua PKK Desa Margoyoso juga menyampaikan harapannya agar dengan adanya dukungan dari mahasiswa KKN dan perangkat desa, bank sampah yang sempat vakum bisa kembali berjalan dan menjadi pusat edukasi serta pemberdayaan warga dalam menjaga kebersihan dan kelestarian desa.
Inisiatif ini tidak hanya menunjukkan bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, tetapi juga membangun pondasi sistemik bagi pengelolaan lingkungan desa. Dengan langkah kecil yang tepat sasaran, Desa Margoyoso berpeluang besar untuk menjadi contoh desa sadar lingkungan dengan sistem bank sampah yang aktif dan berdaya guna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI