Mohon tunggu...
Meita Dwi Sadwina
Meita Dwi Sadwina Mohon Tunggu... Petani - 1995

patisserie lovers an agricultural student

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metamorfosis Diri: Fase-fase Menjadi Petani

8 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 8 Mei 2019   15:15 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pribadi (Urban Farming : Bisnis Hidroponik bersama Teman Kuliah )

Indonesia krisis petani muda !
Banyak yang mengetahui kalau saat ini sudah menjadi masalah yang masih belum terpecahkan. Harapan semua orang sangat tertuju tajam pada generasi muda, khususnya mahasiswa pertanian. Mereka sangat diharapkan untuk mempersiapkan diri bergenerasi menjadi petani menggantikan petani senior. Pertanyaanya apakah harus mahasiswa pertanian?

Mari kita kaji dari beberapa sudut pandang, sudut pandang pertama yaitu saya dan teman-teman mahasiswa pertanian. Dilihat dari segi keilmuan kami memang banyak dijejali isu, permasalahan, berita mengenai seluk beluk perkembangan pertanian di Indonesia, tak hanya sekedar teori saja saya juga dituntut untuk terjun ke lahan baik untuk mencari data,menanam tanaman, mewawancarai petani, praktek menjadi penyuluh pertanian dan banyak lagi kegiatan mengenai pertanian.

data pribadi : dishare April 2019, diolah 07 Mei 2019
data pribadi : dishare April 2019, diolah 07 Mei 2019

Untuk menjawabnya saya membuat kuisioner sebagai data pendukung untuk menjawab pertanyaan tersebut, Responden yang berasal dari mahasiswa pertanian meilih 93,8% (15 dari 16 mahasiswa pertanian) menyatakan bersedia menjadi petani dengan bidang yang sudah diminati sebelumnya. Lalu bagimanakah pandangan masyarakat umum terhadap regenerasi petani, haruskah berasal dari mahasiswa pertanian? 

Menurut pendapat saya menjadi petani tidak harus berasal dari mahasiswa pertanian, menjadi petani adalah kebebasan! siapapun bisa menjadi petani namun harus disertai dengan kemauan, berbekal niat dan aksi nyata tentunya. Untuk menguatkan pendapat saya tersebut, saya menyajikan kuisioner sebagai data pendukung yang ditujukan masyarakat terhadap pertanyaan tersebut.

data pribadi : dishare April 2019, diolah 07 Mei 2019
data pribadi : dishare April 2019, diolah 07 Mei 2019

Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 77,1 % (27 dari 35 orang) memilih regenerasi petani tidak harus dari mahasiswa pertanian sisanya 22,9% (8 orang). Hal tersebut bermakna bahwa mari hilangkan pandangan mahasiswa pertanian harus menjadi petani. Saya sangat mengapresiasi bagi mahasiswa pertanian yang ingin menjadi petani namun bagi mereka yang dari masyarakat umum atau mahasiswa non pertanian yang ingin menjadi petani juga sangat terbuka untuknya.

Pada dasarnya menjadi petani adalah panggilan jiwa, bukan dari keterpaksaan dan tidak terbentuk dari stigma masyarakat belaka.

Regenerasi petani saat ini merupakan hal yang sangat urgent karena berkaitan dengan pembaharuan SDM, bila disandingkan dengan revolusi pertanian 4.0 dimana budidaya pertanian yang dirancang presisi dan pintar menggunakan teknologi. Kecanggihan teknologi yang berkembang menuntut generasi yang melek teknologi, lantas generasi mana yang melek teknologi dan cocok disandingkan dengan revolusi 4.0 tersebut? jawabannya tentu generasi muda. Lalu mengapa isu "krisis petani muda" kini menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan. Lantas kemanakah generasi muda atau mahasiswa yang berminat menjadi petani?

Mereka yang telah terpangil jiwanya untuk menjadi petani, saat ini sedang melewati metamorfosis diri (tahapan perubahan). Menjadi petani bukanlah hal yang mudah, bagi saya menjadi petani harus melewati berbagai tahapan fase, untuk mendapatkan bibit petani unggul yang tidak hanya sekedar mendapatkan gelar petani saja. Untuk lebih memperjelas bagaimana metamorfosis tersebut, saya akan memaparkan beberapa fase perubahan tersebut. Hampir semua dari fase yang saya paparkan ini berasal dari pengalaman hidup saya. Mungkin sedikit banyak akan terdapat banyak kesamaan ataupun perbedaan. Semua bergantung tentang cerita hidupnya masing-masing, karena cerita hidup setiap orang berbeda-beda :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun