Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sketsa tentang Pentingnya Pendidikan Seksual dan Pelatihan Empati Dalam Novel "Kepergian Kedua"

10 Februari 2020   16:35 Diperbarui: 11 Februari 2020   14:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Kepergian Kedua" karya Amanatia Junda (dokumentasi pribadi)

Ada yang tahu Amanatia Junda, penulis kumpulan cerpen Waktu Untuk Tidak Menikah? Bulan lalu, buku terbaru beliau terbit. Sebuah Novela yang berjudul Kepergian Kedua. Ini cerita tentang pemuda bernama Irul, seorang pemuda Jawa Timur yang merantau jauh ke Jerman.

Suatu pagi, ibunya menelpon jauh-jauh dari kampung untuk mengabarkan bahwa sepupu yang tinggal di rumahnya hamil. Padahal, si sepupu itu masih 15 tahun dan belum menikah. Dia dihamili oleh seorang pemuda, pedagang seblak, yang katanya mau mengajarinya pelajaran biologi.

Cerita kemudian bergulir ke keluarga besar Irul dari pihak ibu dan konflik-konflik yang menyertainya, masa ketika Irul memutuskan merantau ke Jerman, lalu pulang ke kampung, dan Irul pergi lagi ke Jerman.

Dibanding cerita Kambing dan Hujan yang aku ulas minggu lalu, cerita berjudul Kepergian Kedua ini lebih sederhana. Yang diceritakan hanya 1 keluarga besar dari pihak ibu. Bukan orang-orang sekampung. Walaupun tetap saja ceritanya agak ruwet.

Dari sekian masalah yang ada, yang paling menarik perhatianku adalah masalah kehamilan Indah dan tanggapan orang-orang di sekitarnya. Melalui telepon dengan ibunya, Irul mendengar pendapat orang-orang tentang persoalan ini. Antara lain:

  • Indah dinikahkan dengan orang yang menghamilinya dan ikut pindah ke Cileunyi, tempat asal pemuda itu.
  • Indah dipondokkan di Kediri setelah melahirkan dan anaknya dijadikan anak angkat oleh Ibu Irul (tapi Ibu Irul nggak mau, sih).
  • Indah tidak diperbolehkan bertemu dengan pedagang seblak dan kalau sudah lahiran, anak Irul nanti dititipkan di panti asuhan.
  • Kandungan Indah diaborsi mumpung masih 8 minggu. Karena menurut saudara Irul yang bidan, pinggul Indah terlalu kecil untuk melahirkan (Indah sendiri tidak mau menggugurkan kandungannya).
  • Irul disuruh pulang dan menikah lalu mengurus anak Indah.

Ketika Irul menanyakan bagaimana keinginan Indah sendiri, Ibu Irul langsung menangkis bahwa Indah masih kecil dan tidak perlu diminta pendapatnya. Ketika Irul menanyakan kemungkinan adanya manipulasi atau pemerkosaan, Ibu Irul mengatakan bahwa menurutnya Indah kegatelan. Pelajaran biologi seperti apa yang sampai perlu memutar film porno?

Jadi, sebenarnya tidak jelaskan apakah hubungan badan yang dilakukan oleh Indah dan pedagang seblak itu lantaran suka sama suka atau ada unsur manipulasinya. Kalau memang ada unsur manipulasinya, opsi pertama itu sama saja menjerumuskan Indah ke kondisi yang lebih buruk.

Cerita tentang Indah ini, menurutku related dengan kehidupan sehari-hari orang yang tinggal di perkampungan. Orang-orang yang tidak sensitif dengan kegundahan orang lain dan sok tau. Bahkan itu dilakukan oleh orang-orang yang 'berpendidikan', dalam hal ini diwakili oleh saudara Indah yang bekerja sebagai bidan, yang menyarankan Indah untuk aborsi.

Maksudku, apakah pinggul yang terlalu kecil adalah alasan untuk aborsi? Bukankah ada metode melahirkan yang lain? Apalagi, Indah tidak bersedia untuk melakukan aborsi. Dan yang paling utama, dia, sebagai bidan sekaligus saudara Indah, sudah berbuat apa sebelum Indah terjerumus menonton video porno dengan pedagang seblak?

Soal seksualitas, sepertinya orang-orang tua selalu berpendapat bahwa anak-anak akan tahu dengan sendirinya tanpa perlu mereka beri tahu. Kalau kamu nggak ngasih tahu, ya anak-anak tahu dari orang lain lah. Dan cara tahunya, bisa jadi seekstrim Indah dengan akibat yang sangat serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun