Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhati-hati dengan Emansipasi

30 Juli 2018   15:25 Diperbarui: 30 Juli 2018   17:26 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gila, lo ngatain gue pengangguran??" teriakku pada seorang teman lama yang aku temui di acara hari jadi sebuah komunitas.

"Sstt," desis suamiku sambil memegang lenganku.

Aku mendelik ke arahnya kemudian memelototi teman lamaku tadi.

Aku memang pekerja serabutan tapi jelas bukan tidak punya pekerjaan dan penghasilan. Sebelum menikah, aku dan suamiku sudah sepakat untuk berbagi tugas. Aku 'di rumah' dan suamiku bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan.

Suamiku tidak pernah membatasiku untuk berkarya. Aku bisa menulis dan sesekali terlibat dalam sebuah proyek. Sesekali bertugas keluar kota bukan hal yang menyebabkan suamiku mengeluh panjang. Dengan (nampak) senang hati dia membantu mencuci baju dan beres-beres rumah saat aku sedang sibuk. Karena dari hasil itu juga kami menambah isi tabungan kami.

Karenanya, aku benci dikatakan pengangguran. Bukan sekedar tidak suka. Biasanya, kalau aku dikatakan pengangguran atau ada orang yang mengasihaniku karena dikira tidak punya penghasilan aku hanya diam saja. Itu berlaku kalau orangnya tidak akrab denganku atau aku merasa malas dengan orang itu. 

Diamku, kadang adalah menahan rasa jengkel dan menyimpan dendam di hati. Kalau orangnya akrab denganku, aku biasanya blak-blakan mengekspresikan kekesalanku sehingga tidak ada marah yang perlu mengendap.

Lingkunganku, adalah lingkungan di mana perempuan itu bekerja. Mereka harus berpendidikan tinggi dan minimal memiliki pekerjaan tetap. Bahkan setelah menikah, perempuan tetap harus bekerja supaya bisa membantu suami menyicil rumah dan kebutuhan lainnya. Soal anak dan urusan domestik lainnya? Bisa menyewa orang.

Aku kemudian menceritakan hal ini pada seorang teman. Temanku kemudian berkata, "ya, jadi emang penting untuk hati-hati dengan kata emansipasi. Seperti halnya orang-orang gak boleh menghakimi ibu pekerja, orang-orang juga jangan sampai merendahkan ibu rumah tangga."

Temanku itu adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Anak sulung bersekolah di bangku kelas 2 SD dan anak bungsunya berusia 3 tahun.

"Orang ngatain aku, 'kok gak kerja?" lanjutnya. "Yo sekarang, kalau aku kerja anakku sama siapa? Cari asisten rumah tangga itu gak mudah, lho."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun