"Eh, itu anaknya dikasih susu kental manis? Dia belum 2 tahun, kan?" bisikku pada seorang teman saat kami sedang mengikuti seseorang yang melakukan bakti sosial di sebuah kampung.
Dermawan ini berbelanja banyak susu kental manis dan kebutuhan pokok lainnya kemudian dibagi-bagi kepada orang-orang yang menurutnya layak menerima bantuan. Salah satu rumah yang menerima bantuan darinya, memiliki seorang anak kecil berusia 1 tahun. Dan anak itu mendapatkan paket berisi susu kental manis.
Temanku menyenggol pundakku dan menatap mataku tajam. Aku mengatupkan mulut rapat-rapat.
"Kita cuma bisa ikut bagi-bagi. Ya udah, bagi-bagi aja sesuai instruksi yang punya duit," kata temanku dalam perjalanan pulang. "Kita juga gak bisa bantu dia beli susu bubuk kan?"
"Tapi namanya nolong orang bisa setengah-setengah gitu," komentarku lagi.
Temanku menatapku sebentar lalu menggelengkan kepalanya. Aku kembali menutup mulutku.
***
Tak ada maksud lain di hatiku kala itu, selain ingin memberitahu bahwa Susu Kental Manis (SKM) tidak disarankan untuk diberikan pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Kenapa? Karena susu kental manis mengandung banyak sekali gula.
Tadinya, aku juga tidak menyadarinya. Sampai suatu hari aku melihat video dari Remotivi di Youtube. Remotivi menyoroti tentang iklan SKM yang tidak memuat resiko mengkonsumsi susu kental manis. Malah menyatakan bahwa susu kental manis itu menyehatkan.
Memangnya tidak menyehatkan?
Jadi begini, SKM adalah susu evaporasi (susu yang kadar airnya dikurangi hingga 60%) dan mengandung gula lebih dari 40%. SKM tetaplah susu bagaimanapun juga. Masalahnya terdapat dalam kandungan gulanya yang tinggi. Anak-anak yang mengkonsumsi gula berlebih dapat mengalami fenomena sugar rush. Sugar rush adalah kondisi anak-anak yang menjadi hiperaktif setelah mengkonsumsi gula dengan kadar tinggi. Belum lagi resiko terkena obesitas bahkan diabetes.