Perkembangan bisnis kuliner kali ini semakin berkembang dari waktu ke waktu. Jika dahulu bisnis kuliner yang kita kenal hanya bisa menyajikan makanan atau minuman, tetapi berbeda dengan yang sekarang terjadi. Para pelaku bisnis kuliner menyajikan 2 unsur sekaligus sehingga yang didapat tidak hanya kulinernya tetapi juga pemandangan yang kita dapatkan dari tempat tersebut.
Tak usah jauh-jauh, kita ambil contoh kota tempat saya tinggal sekarang yaitu Bandung. Bandung sejak dahulu terkenal dengan slogannya yaitu "Bandung surganya kuliner". Tidak aneh jika Bandung dijuluki sebagai kota surganya kuliner karna di setiap jalan kita pasti menemui pedagang kaki lima yang menyajikan makanan khas dari kota Bandung yang pastinya enak dan juga terjangkau.Â
Dari julukan tersebut maka pemerintah kota Bandung pun menyediakan banyak wadah untuk para pedagang yang menyajikan makanan khas nya tersebut. Contohnya saja Braga Street Food, ini adalah salah satu contoh bagaimana pemerintah kota Bandung memberikan fasilitas kepada para pedagang tersebut.Â
Dari mulai jajanan cemilan seperti tahu gejrot, cimol, cilok, surabi, martabak, sampai makanan berat seperti kupat tahu, soto Bandung dan tentunya masih banyak lagi makanan yang disajikan disepanjang jalan braga setiap malamnya. Tentunya hal ini akan menambah wisatawan yang hadir kesana.Â
Tak tanggung-tanggung omset dari setiap pedagang yang berjualan disana pun bisa mencapai jutaan setiap per malamnya.
Nah dari slogan "Bandung surganya kuliner" mencetuskan ide bagi para pengusaha kuliner yang mempercantik setiap usahanya. Mereka tidak hanya menjadikan makanan dan minuman yang enak, tetapi juga menyajikan pemandangan yang tentunya kan menarik banyak wisatawan yang hadir. Slogan "Bandung surganya kuliner" kini beralih menjadi "Bandung surganya tempat kuliner dan wisata".Â
Bandung dinilai tempat yang sangat strategis bagi para pemangku usaha kuliner karena tempatnya yang sejuk, tidak jauh dari ibukota, banyak tempat-tempat bersejarah dan juga memiliki alam yang subur karena Bandung ini dikenal dengan dikelilingi oleh gunung-gunung.
Kondisi ini pun didukung dengan maraknya sosial media yang makin membuming, anak muda sekarang pasti ingin sekali mempublikasikan hasil jepretannya di dunia maya.
Oleh karena itu pasti mereka mencari tempat-tempat yang unik untuk dikunjungi. Pada masa pandemi ini pun, justru makin buming tempat yang menyajikan hal unik juga kuliner yang terjangkau.
Dikutip dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyatakan jumlah usaha kuliner di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 5,55 juta unit atau 67,66% dari total 8,20 juta usaha ekonomi kreatif. Rata-rata tingkat pertumbuhan usaha ekonomi kreatif selama 7 tahun terakhir adalah 9,82%.Â
Namun, saat ini sekitar 60% usaha kuliner di Indonesia telah terkena pukulan pandemi yang membuat roda perekonomian bisnis mereka terhenti sementara. (Jakarta -- detikfinance).Â
(1)