Mohon tunggu...
Mega Lestari
Mega Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Andalas

Jurusan S1-Biologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Harga Sawit Melonjak, Satwa Teriak!

17 Desember 2021   10:46 Diperbarui: 17 Desember 2021   10:51 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia)

Pertengahan tahun 2021 hingga saat ini merupakan tahun kejayaan petani kelapa sawit, dimana harga sawit sangat meroket tinggi tanpa adanya penurunan, bahkan dari hari kehari mengalami kenaikan. Bagaimana bisa dimasa pandemik seperti ini, umumnya orang-orang mengalami krisis ekonomi namun hal tersebut tidak berdampak terhadap petani kelapa sawit. 

Diketahui pada saat ini (tanggal 17 Desember 2021) harga kelapa sawit mencapai nominal lebih kurang Rp. 3000/kg di salah satu daerah Riau, hal tersebut masih memungkinkan adanya kenaikan harga kelapa sawit yang diprediksi pada tahun 2022 menjadi Rp.5000,00/kg. 

Salah satu fenomena kenaikan harga kelapa sawit ini disebabkan oleh pihak pertamina yang mana pihak pertamina melakukan uji coba untuk mengkombinasikan minyak kelapa sawit ini dengan bahan baku utama minyak avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang. Adanya permintaan pihak Pertamina yang tinggi terhadap pabrik-pabrik kelapa sawit sehingga meningkatkan nilai jual kelapa sawit tersebut.

Kelapa Sawit bukanlah merupakan tanaman asli di Indonesia,  Tanaman ini berasal dari afrika yang dibawa oleh penjajah masuk ke Indonesia. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia Pertama pada tahun 1911 di Sumatera Utara seluas 2.715 ha, kemudian pada Tahun 1968 luas areal penanaman mencapai 119.600 ha. Pada Tahun 1978 menjadi 250.116 ha dan tahun 1979 hingga 1997 pertambahan areal mencapai rata-rata 150.000 ha per tahun. Tahun 2006 total areal di Indonesia ada sekitar 5,4 juta ha (yang sebagian besar terdapat di Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Sumatera Selatan).

Dengan adanya kenaikan nilai jual kelapa sawit membuat masyarakat berbondong-bondong untuk melakukan pembukaan lahan hutan menjadi lahan kelapa sawit dengan asumsi akan meraih keuntungan dan memperbaiki ekonominya, namun mereka tidak memiliki edukasi mengenai lahan yang diperbolehkan untuk dibabat habis dengan lahan yang tidak seharusnya dibabat habis seperti hutan yang didalamnya mengandung banyak biodiversitas.

Berbondong-bondongnya masyarakat melakukan pembukaan lahan hutan , berdampak negatif  kepada ekosistem diantaranya berupa pengaruh terhadap kualitas tanah, berkurangnya kemampuan tanah untuk menahan hujan, hilangnya/punahnya jenis-jenis tanaman, hewan dan mikroorganisme yang menjaga keseimbangan ekosistem di daerah tersebut dan juga hilangnya area yang biasanya berguna untuk menjaga kelembaban udara dan tanah, hilangnya tanaman tinggi yang menjaga area tropis menjadi bersuhu tidak terlalu panas dan pembukaan lahan luas mempengaruhi iklim mikro yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan iklim global.

Hutan-hutan di dunia adalah rumah bagi sekitar dua-pertiga dari semua spesies tanaman dan hewan di darat. Mereka membentuk berbagai ekosistem yang paling beragam di dunia dan sangat penting untuk kesehatan planet ini. Sementara spesies baru untuk ilmu pengetahuan masih terus ditemukan, banyak spesies yang lebih terkenal, termasuk orangutan, badak Jawa dan harimau Sumatera beresiko punah karena hilangnya habitat alami mereka.

Dampak yang ditimbulkan sangat banyak,  selain berdampak pada ekosistem,  juga berdampak pada Konflik sosial, termasuk sengketa hak tanah dan sumber dayanya sering disebabkan oleh ekspansi lahan perkebunan. Ada lebih dari 500 kasus konflik sosial di sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia, terutama soal hak atas tanah, sengketa tenaga kerja, ketidakharmonisan kemitraan perusahaan dengan komunitas, kriminalisasi penduduk desa, dan skandal politik tingkat tinggi termasuk penerbitan izin ilegal untuk konversi hutan alam untuk perkebunan kelapa sawit dan areal perkebunan di kawasan hutan yang dilindungi dan taman-taman nasional.

Selain itu, pada hewan, Orang-utan hanya dapat ditemukan di kawasan hutan tropis Kalimantan dan Sumatera yang secara cepat hilang. Penebangan hutan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan adalah salah satu penyebab utama penurunan drastis jumlah orangutan dalam beberapa tahun belakangan. Perkiraan terbaru mengatakan bahwa antara 45.000 dan 69.000 orangutan di Kalimantan dan tidak lebih dari 7.300 orangutan Sumatera yang ada di alam bebas. Badan Lingkungan PBB (UNEP) mengkategorikan jumlah orangutan Kalimantan berada dalam bahaya, artinya resiko kepunahan terjadi dalam waktu dekat. 

Jumlah orangutan Sumatera dikategorikan kritis sehingga resiko kepunahannya sangat tinggi. Di saat orangutan kehilangan hutan, merekapun kehilangan sumber makanan alami dan harus berjuang untuk bertahan hidup dengan memakan tanaman kelapa sawit yang masih muda. Akibatnya, orangutan yang kelaparan itu dipandang sebagai 'hama' oleh produsen sehingga pekerja-pekerja perkebunan membunuh orangutan untuk menjaga lahan.

Perkebunan kelapa sawit dapat merusak ekosistem apalagi pembukaan lahan sedang maraknya dilakukan oleh masyarakat, sangat berdampak pada kelangsungan biodiversitas karena setelah 25 tahun masa panen, lahan kelapa sawit yang ditinggalkan akan menjadi semak belukar dan lahan kritis baru. Tanah mungkin akan kehabisan nutrisi, terutama pada lingkungan yang mengandung asam, sehingga\menjadikan wilayah tersebut tanpa vegetasi selain rumput-rumput liar yang akan mudah sekali terbakar.

Penulis :

Khairunnisa (1910422027) Mahasiswi s1-Biologi Universitas Andalas

Mega Lestari (1910422031) Mahasiswi s1-Biologi Universitas Andalas

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun