Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lima Tahun di Kompasiana, Menulis Setahun Sekali

12 Maret 2018   07:20 Diperbarui: 12 Maret 2018   16:09 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: justin5minute.com

Tidak sengaja terlihat tanggal pertama saya gabung di Kompasiana. Maret 2013. Dan saat ini Maret 2018. 

Begitu cepat waktu berlalu, sudah lama masa dimana saya mengenal Kompasiana, 5 tahun. Namun sekejap saya menyadari begitu lambat pertambahan artikel yang saya tulis, saya jadi malu sendiri, dan ingin introspeksi diri. 

Memang menulis ini awalnya hanya untuk iseng saja, tapi lama-lama saya menyadari menulis ini adalah suatu kebutuhan, untuk belajar menuangkan pikiran dengan runut dan mudah dipahami, untuk memberi informasi, dan Kompasiana seperti halnya blog-blog saya dulu kebanyakan sebagai aktualisasi diri yang positif, self-fulfilment.

Tulisan ini adalah tulisan ke-60, selama lima tahun! Lima tahun ada 60 bulan, berarti rata-rata saya menulis sebulan sekali? Padahal sebulan ada 30 hari, jadi selama 30 hari saya hanya menulis 1 artikel? Padahal kenyataannya saya menulis di Kompasiana bukan sebulan sekali, namun setahun sekali! 

Seperti saat ini, setelah saya lihat baik-baik ternyata terakhir saya menulis di Kompasiana adalah tahun lalu bulan yang sama. Jadi saya menulis di Kompasiana memang setahun sekali! Yak, saat saya dilanda mood menulis saya bisa menulis 1-4 artikel di satu waktu. Lalu setelah itu hilang ditelan bumi sebelum muncul lagi setahun kemudian. Why?

Kenapa pertumbuhan artikel saya lambat? Nulisnya setahun sekali? Hayoo kenapa? Saya ngga ingin memakai alasan sibuk untuk ini, meskipun sangat tergoda sekali, karena siapa sih yang ngga sibuk, ya kan? Malu lah kalau beralasan sibuk. Apakah kalau sering menulis berarti menganggur? Sama sekali tidak kan. 

Justru mereka yang bisa banyak menulis adalah orang sibuk yang bisa me-manage waktu. Tuh menohok banget. Prakteknya terasa susah padahal ada juga kok Kompasianer yang aktif dan bisa menulis ditengah aktivitasnya, seperti Pak Tjip yang setiap hari selalu menghadirkan tulisan yang bermanfaat, seperti tidak ada habisnya ide dan nafas menulisnya. 

Ah, mungkin saya moody writer? ngga pede? nafas menulis pendek? bosenan? atau karena sukanya ngerapel? Atau semuanya? Mungkin. Tapi yang jelas alasan ini adalah alasan-alasan penulis amatiran.

Menulis yang singkat, padat dan menghibur itu memang butuh jam terbang. Tapi tanpa terus menulis, ya ngga akan bisa berprogres. Membaca adalah salah satu cara meningkatkan mutu tulisan, seperti membaca tulisan banyak Kompasianer senior yang begitu mengalir. 

Tapi sebuah tulisan itu adalah karya yang mempunyai ciri khas si penulis tersendiri, jadi jangan juga terpancing menjadi seperti karya orang lain. Tapi seringnya kita malas dan banyak alasan untuk memulai dan menyelesaikan. 

Dosen saya, Bapak M. Khoiri, yang juga Kompasianer, lewat bukunya "Pagi Pegawai, Petang Pengarang" mengingatkan semua penulis amatir seperti saya, bahwa menulis itu jika diniatkan sebagai sebuah aktivitas sodaqoh ilmu, yang dianggap sebagai kewajiban layaknya pekerjaan, bisa dilakukan meskipun sesibuk apapun! BISA!!! Namun itu semua memang dilandasi sikap dan niat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun