Madrasah yang dikelola dengan system pengelolaan yang baik mampu mengoptimalkan semua potensi terbaik yang dimiliki menuju visi yang telah ditetapkan. Dua kata kunci dalam pengembangan madrasah, pertama Pengelolaan dan yang kedua visi.Â
Banyak madrasah yang masih abai, sehingganya seluruh aktivitas yang ada didalamnya terjebak dengan ritual pengulangan hal yang sama. Ibaratnya seperti jalan ditempat dan belum mampu melihat dengan jelas bahwa ternyata madrasah mempunyai semua persyaratan untuk tumbuh dan berkembang menjadi lembaga maju professional serta memiliki daya saing yang tinggi.
Pengelolaan
Ada kaedah marketing, selling dan branding dalam dunia pengelolaan perusahaan yang bisa di adopsi dalam manajemen madrasah. Marketing bermakna sebuah proses yang terencana untuk mengenalkan serta mengedukasi masyarakat akan keberadaan madrasah. Mencipta demand (kebutuhan) dan merubah masyarakat yang sedari awal tidak tahu menjadi tahu, apa keunggulan dan hal khas yang dimiliki madrasah. Hasil akhir dari proses marketing ini adalah popularitas madrasah naik signifikan. Â
Selling bermakna sebuah proses yang disengaja merubah dari masyarakat yang tahu tentang madrasah selanjutnya mau memilih madrasah sebagai tempat menyekolahkan anaknya. Titik tekan selling ada pada proses merubah dari kondisi popular menjadi electable, dari posisi dikenal menjadi layak untuk dipilih. Dan ujungnya ada pada rasa rela hati masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah.
Bahasan detail tentang marketing dan selling madrasah inshaAllah akan ditulis terpisah dibagian tulisan lainnya. Ada ketertarikan kuat membahas lebih detail kaedah ketiga dalam dunia pengelolaan yang dijelaskan sebelumnya. Branding, atau school branding. Ia adalah sebuah proses menjadikan madrasah sangat addicted, menjadikan masyarakat kecanduan dengan layanan terbaik di madrasah. Membuat tiap siswa dan juga keluarga siswa mereferensikan madrasah ke semua akses komunikasi yang dimiliki.
Branding Membangun Makna
Apa yang dibangun dari proses branding? Branding menjadi mesin yang membangun makna. Jika gagal membangun makna atau tidak membangun makna maka pihak diluar madrasah yang akan memberikan makna. Permasalahan bisa muncul disini, beruntung jika makna nya bagus, yang dalam terminology branding disebut Brand Heaven, tapi bagaimana jika ternyata makna yang terbangun justru makna yang buruk atau brand hell. Sebagai sebuah proses, branding dilakukan dengan sengaja dan terus menerus serta direncakan. Pernahkah berfikir menjawab pertanyaan dibawah ini:
Apa yang masyarakat katakan tentang madrasah yang saat ini anda ada didalamnya? Saat kata "madrasah terbaik" diucapkan, apakah madrasah anda yang mucul untuk disebut namanya? Berapa persen tingkat kepuasan internal dewan guru dan karyawan atas madrasah anda? Apa tiga kata yang disebut saat madrasah anda diperdengarkan?
Silahkan empat pertanyaan diatas diuji ke tim internal seperti dewan guru, siswa, walimurid dan juga yayasan. Catat dan lakukan perenungan atas semua jawaban yang diberikan. Kemudian bandingkan dengan gambar ideal madrasah dalam benak anda. Sekali lagi penulis ulang kalimat yang sama, bandingkan jawaban diatas dengan gambar ideal madrasah dalam benak anda.
Makna terletak dalam benak. Benak yang dimaksud disini adalah fikiran atau mind. Jadi peperangan sesungguhnya dari proses pembangunan madrasah bukan terletak pada bangunan fisik saja namun justru ada mada mencipta makna yang terbaik di benak masyarakat akan keberadaan madrasah. Ambil contoh kesuksesan yang telah dibangun oleh Madrasah Insan Cendekia. Di jejaring kementrian agama seluruh Indonesia, ia menjadi buah bibir yang terbaik. Padahal bisa jadi kita belum pernah berkunjung kedalamnya. Itulah keajaiban branding. Mampu mencipta makna meski tanpa pernah bersua.