Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Emakku (Pompa Air)

23 Februari 2018   11:00 Diperbarui: 23 Februari 2018   11:20 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tek....tek.....tek......

Waduh, ampuuun itu tanda-tanda pompa airnya gak nyala, airnya gak ngalir! Weleh-weleh, satu problem untuk sore hari, menjelang penutupan hari ini. Kok gak ngalir airnya, masa rusak sih pompanya, apa mungkin sumurnya asat* aku terus bertanya-tanya tentang pompa ini. Piye iki?

Itu baru satu masalah yang muncul dalam rumah tangga. Biasanya kalau ada suami, kebingungan itu gak berlangsung lama karena tangan ajaibnya bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah baru, kaya tagline Pegadaian ya. Ah.....cukuplah masalah hari ini untuk hari ini, tapi kalau pompanya ngadat ya bakal merembet ke hari-hari berikutnya, gak bisa selesai dalam sekejap. Siapa yang bisa dimintai tolong, tukang pompa langganan alm. Bapak juga yang mana? Pertanyaan-pertanyaan yang tak berujung ini namanya, jawaban masih di awang-awang.

Ah.....ojo rempong deh, masih ada jalur air PDAM, aku pakai saja dulu sembari mencari tukang pompa, syukur-syukur pompanya bisa nyala sendiri tanpa perbaikan (hehehehe, berharap begitu sih). Alih-alih pakai PDAM, kepalanya muter juga, kalau pakainya banyak, tagihan juga banyak bro. Emang sih, gak sekarang terasanya, nanti tagihan bulan depan dicek saja. Nah, berarti itu solusi hanya sementara, tetap harus mencari cara untuk perbaikan pompa. Mari putar otak!

Gak tahu ya, ini kebetulan apa emang udah jalan ceritanya harus begini, kebetulan sekali PRTku ijin tidak masuk, jadi kebutuhan memakai pompa memang tidak mendesak. Kami pakai air PDAM masih cukup, ah....rupanya masih bisa mengulur waktu perbaikan ya. Tapi kepala ini gak tenang juga, permintaan tolongpun dilayangkan ke pak supir untuk mengecek pompa, siapatahu pak supir bisa membantu. Jelek-jelek begini, aku dulu juga tukang pompa, "mancing" istilahnya dan bisanya berhasil, tapi itu dengan pompa yang lebih kecil dari yang sekarang. Nah, kerumitan yang sekarang ini bukan hanya perbedaan pompanya, tapi aku gak paham dimana letak sumur, jalur air PDAM dan sumur yang ada. Aku tahunya selama ini cuma pakai saja. Nah, inilah pentingnya tahu seluk beluk rumah supaya bisa berbuat kalau ada problem. Maklumlah, ini rumah orang tuaku, sementara pakarnya sudah almarhum, gak bisa ditanyai lagi. Tapi, gini-gini, aku masih suka sambat* sama Akung kalau ada masalah yang aku gak tahu cara mengatasinya. Memang kupanggil supaya ada jalan keluarnya. "Kung......bantuin napa?"

Seluk beluk rumah induk ini hanya Akung, Uti dan PRTku yang paham. Aku gak terlalu tahu karena memang sudah puluhan tahun aku tidak tinggal disini. Berhubung Akung sudah gak ada, Uti sudah banyak lupa, andalanku ya mba PRT yang bekerja disini sudah hampir seumuran usia pernikahanku. Tapi bertanya padanya juga tidak bisa langsung, mba tidak punya HP, selama ini Akung menghubungi melalui nomor hp anaknya, nah aku gak punya! Jadi, sesi tanya jawab harus ditunda sampai 2 hari kedepan ya....mari menikmati pompa yang rusak sementara dengan solusi seadanya dulu.

Syukurlah, saat PRTku masuk setelah sehari dia minta ijin untuk selametan cucunya, dia bergegas menyampaikan ide untuk meminta tolong menantunya. Menurutnya, menantunya bisa memperbaiki alat-alat rumah tangga seperti pompa, listrik dll. Ah, ide cemerlang Yuk, ayo kita panggil. Sipp deh, tambah satu kepala saja ide bisa berkembang. Jadilah, pagi ini urusan pompa kuserahkan pada ahlinya, satu bisa memperbaiki pompa, satu paham banget seluk beluk jalur air yang ada. Klop! Pekerjaanpun cepat rampung karena ternyata bukan pompa yang rusak, melainkan ada sumbatan pasir yang membuat pompa tidak mengalirkan air seperti biasanya. Masih menggunakan teknik mancing, tapi ada hal-hal lain yang dilakukan dan tentu saja aku gak paham itu. Syukurlah, pompa bisa berfungsi kembali, walaupun harus menunggu beberapa waktu untuk menjernihkan air supaya endapan-endapan kotoran itu keluar dan tidak menghambat lagi. 2 jempol untuk Yuk!!

Ah...rupanya dari hari ke hari aku ini seperti digembleng untuk tidak mudah putus asa. Harus punya banyak ide dan mencoba banyak hal untuk mengatasi sesuatu yang terjadi. Gak boleh dong karena pompa air aja jadi loyo, gak semangat. Kehidupan rumah tangga itu banyak yang diurusin, bukan hanya tentang sekolah anak, tapi segala tetek bengek yang ada di rumah juga bisa jadi tantangan tersendiri. Ya, dengan kondisi LDR, dimana suami tidak selalu ada disini membuat aku juga harus bisa mengatasi kondisi yang terjadi. Gak selalu diberesi sendiri, tapi paling tidak tahu apa yang harus dilakukan. Great! Jadi, LDR-an itu gak boleh cengeng, dikit-dikit ngambek karena menghadapi persoalan. Kaya anak sekolah saja, siap mengerjakan soal PR/PS sebagai tugas mereka. Nah, sebagai emak juga harus punya semangat baja kaya gitu, tidak gentar dapat persoalan apa saja.

Benarlah.....segala sesuatu ada solusinya. Jangan khawatir, hadapi saja dengan senyum (walaupun kadang-kadang senyumnya kecut). Urusan pompa selesai. Lega hatiku, bisa tidur nyenyak, menikmati malam yang adem. Besok pagi siap jadi ojeker lagi, pikirku dalam hati.

Cuit...cuit....burung kesayangan sudah bersiul, pertanda urusan yang lain harus dikerjakan, siap-siap untuk sekolah Tole. Hati sudah tenang karena air lancar, mau cuci piring hayuk, mau masak beres, bisa membersihkan sangkar burung dll. Aduk-aduk gula untuk sajian teh hangat Uti, terdengarlah suara Tole, "Ma......air panasnya gak keluar......"

Sambil berjalan menuju kamar mandi, aku bersyukur masih dikasih persoalan lagi di pagi hari ini, saatnya ganti gas! Jadi, setelah pompa air tertangani, giliran gas untuk pemanas air minta perhatian. Weh.....semangat emak!

Hidup itu berwarna mas bro,

Malang, 23 Februari 2018

*asat (bhs Jawa) artinya kering

*sambat (bhs Jawa) artinya mengeluh

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun