Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Pendidikan Karakter Toleransi dalam Dongeng Nusantara Bertutur Kompas

12 Agustus 2019   21:28 Diperbarui: 12 Agustus 2019   21:30 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang beragam. Ragam budaya, suku, etnis, agama, dan lainnya berkumpul menjadi satu membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setiap manusia hidup secara berdampingan dengan berbagai ciri dan kekhasan masing-masing. Sikap karakter toleransi penting dipahami bersama. Pasalnya, toleransi dapat meningkatkan rasa persaudaraan, meningkatkan kekuatan dalam iman, meningkatkan rasa nasionalisme, memudahkan mencapai mufakat, dan memudahkan membangun negara.

Nilai pendidikan karakter toleransi berasumsi pada sikap dan tindakan yang menghargai pendapat orang lain, memberikan kesempatan yang sama kepada sesama, menerima perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Secara sederhana,  toleransi diartikan sebagai suatu sikap saling menghargai dan menghormati antarkelompok, antarindividu dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tokoh Pak Agus dalam dongeng Jadilah Suporter yang Baik, edisi 7 Oktober 2018 mencerminkan sikap toleransi dengan menyarankan ketiga siswanya: Zain, Zamid, dan Zayin untuk menghormati seseorang yang berbeda pilihan. Sikap toleransi tokoh Pak Agus itu dilakukan melalui tuturan kata berupa nasihat. Hal itu tampak pada cuplikan narasi yang berbunyi:

"...Tidak boleh memaksa orang lain untuk mendukung tim jagoan kita, dan juga harus menghormati orang yang berbeda pilihan dengan kita." (JSB).

Pentingnya sikap toleransi di atas dijadikan modal besar dalam mewujudkan kedamaian sosial. Baik dimulai dari lingkup terkecil, keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, hingga negara. Sehingga, diharapkan setiap orang memiliki besar hati menghargai dan menghormati antarsesama.

Sementara itu, penerapan sikap menghargai dan menghormati di kehidupan masyarakat, seperti tergambar dalam dongeng karya Kak Ian berjudul Si Jago Randai, edisi 2 Agustus 2018. Diceritakan, pada suatu malam terdapat dialog antara tokoh Kakek Bahar dan Zul saat tokoh Zul berada di rumah kakeknya itu. Dialog tersebut berisikan bilamana Kakek Bahar melarang Zul ikut latihan Randai. Karena, banyak gerakan yang menguras tenaga. Sementara alasan lain, usia Zul terlalu kecil.

Sikap toleransi yang dilakukan tokoh Kakek Bahar kepada tokoh Zul adalah dengan memberikan kesempatan tokoh Zul sekadar melihat-lihat latihan Randai saja. Untuk perayaan kali ini belum waktunya Zul bergabung untuk meramaikan. Hal itu sebagaimana tergambar pada pada kutipan-kutipan dialog berikut.

"Kakek bukannya melarang kamu untuk ikut berlatih randai. Tapi kakek lihat kamu itu masih terlalu kecil, belum bisa melakukan gerakan-gerakan yang menguras tenaga."

"Tapi kalau hanya melihat-lihat saja bolehkan, Kek?" tanya Zul."

"Silakan!"(SJR).

Cuplikan kutipan-kutipan dalam dongeng Si Jago Randai di atas merupakan gambaran sikap toleransi tokoh Kakek Bahar kepada tokoh Zul. Selanjutnya, sikap toleransi juga terdapat pada dongeng Pro dan Kontra, edisi 28 Oktober 2018. Terlukis dalam dialog tokoh seorang ibu kepada kedua anaknya, Raka dan Dinar. Diceritakan oleh penulis Herdita Dwi R. bahwa tokoh Dinar telah jajan sembarangan. Kemudian, tokoh Raka sebagai kakak Dinar memarahinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun