Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Cukup Mengajar

25 Desember 2018   09:37 Diperbarui: 25 Desember 2018   09:38 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru tidak hanya mengajar tanpa harus mendidik, dan guru tidak cukup bertugas mengajar, tetapi juga membimbing peserta didik. Membimbing berarti menentukan arah pembentukan manusia secara jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tapi bermoral tinggi.

Hal itu mengemuka dalam kuliah umum Profesi Keguruan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo. Kuliah umum yang diikuti sekurangnya 30 mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu, mengorientasikan bagaimana kelak menjadi guru professional yang siap mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

"Bakat, minat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru," ungkap Shoimatun.

Dikatakan guru profesional, yaitu mampu menguasai: kompetensi, ilmu pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi guru berasal dari diri sendiri, melalui pengalaman belajar (learning experience), membaca, dan kegiatan keguruan. Ketiga pengalaman tersebut, dikombinasikan menjadi satu saat pembelajaran berlangsung.

Ilmu pengetahuan (knowledge), berarti bagaimana guru menguasai ilmu pengetahuan secara dalam, yakni mampu menyampaikan materi dengan jelas dan detail. Kebaikan ilmu yang dimiliki guru akan berdampak pada proses berfikir siswa.

"Pembelajaran menyenangkan, di mana seorang guru mampu mengajak siswa untuk kreatif supaya siswa dapat memaknai sebuah ilmu dengan cara kritis dan logis," tungkas dosen yang biasa memulai pembelajaran dengan ice breaking itu.

Sementara, keterampilan dimaksudkan, guru mampu mengondisikan kelas juga siswa untuk belajar menyenangkan. Semisal, guru membawakan sebuah alat peraga saat mengajar yang tentunya berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Atau guru, menerapkan model pembelajaran secara kelompok untuk melakukan observasi lanjut terhadap materi, bisa lewat metode diskusi ataupun demonstrasi.

"Bagaimana cara guru menghadapi siswa yang heterogen atau beraneka ragam, Bu?" tanya Wiyati, salah seorang mahasiswa yang duduk paling depan.

Pribadi setiap siswa selalu beragam. Dalam satu kelas, pasti ada siswa yang aktif ataupun pasif. Untuk itulah, saat pembelajaran berlangsung jalan terbaik guru melakukan pembelajaran yang beragam pula. Misal, hari ini ceramah maka esoknya bisa diskusi atau penemuan (discovery),  jelas Shoimatun serius.

Di akhir, ia menyimpulkan guna mengoptimalkan tiga syarat guru profesional, payung besarnya adalah multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Yaitu kemampuan guru menguasai berbagai macam pola berfikir unik setiap siswa, di antaranya kecerdasan bahasa, gambar, logika, musical, tubuh, pergaulan, diri, dan alam.

"Setiap siswa memiliki potensi dari kedelapan kecerdasan, bukan hanya satu. Namun, beberapa di antaranya menjadi unggul dan lebih dominan," terangnya.

Reporter: Suci Ayu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun