Mohon tunggu...
Gankzar Rejeki
Gankzar Rejeki Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang Guru SD yang pernah bertugas diberbagai propinsi di Indonesia, Paling lama di Kalimantan Barat namun sekarang sudah mutasi di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepahitan Hidup dihari Tua

19 Oktober 2017   01:39 Diperbarui: 19 Oktober 2017   01:59 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah kisah nyata yang kualami, saya berumah tangga sejak tahun 1986 dikaruniai 3 orang anak tapi anak pertama meninggal dunia diusia 10 tahun. Kami dalam rumah tangga hidup rukun sejak masih tugas di Pontianak Kalimantan Barat hingga mutasi di Jawa Tengah. 

Mutasi di Jawa Tengah tahun 1993. Mulai saat itulah kami menata kehidupan baru dikota Kebumen dengan menumpang berteduh disebuah gubug kecil ukuran 3x5m, dapat dibayangkan betapa sempitnya tempat yang kami diami. Tapi dari situlah kami punya semangat berjuang untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Tahun 1998 kami dapat membeli sebidang tanah yg cukup luas sesuai kemampuan kantongku sebagai guru SD. Tahun 2000 saya berhasil membangun rumah impian dengan hasil jerihpayah kerja sampingan.

Kini anak anakku mulai besar dan membutuhkan biaya sekolah dan kemudian kuliah, ringkasnya semua itu berjalan lancar, namun hubungan kami suami istri terhalang dengan kekerasan egoisme. Istriku mulai tidak mau melayaniku lagi sebagai seorang suami. Aku tiap hari tidur dalam kesendirian dan dinginnya malam. Saya mencoba mengajak tidur sekamar namun dia tetap tidak bersedia, hal ini berjalan sudah bertahun tahun silam. Kini aku tak bisa mengalahkan kerasnya pendirian sang istri. Padahal diantara kami tidak pernah terjadi pertikaian atau pertengkaran.

Disinilah aku merasakan pahitnya hidup dihari tua, dan tidak bisa membahagiakan diri sendiri. Perasaan ini benar benar hancur berkeping keping. Dimata masyarakat keluarga kami nampak harmonis karena kami berdua kekantor selalu pergi dan pulang bersama.  Akhir tanun 2016 saya jatuh sakit yang parah hingga stamina tubuh menurun drastis hingga salah satu organ tubuhku lemah tak berfungsi lagi (Lemah syahwat) Betapa pedihnya sebagai lelaki yang menderita penyakit lemah syahwai/impoten
Saya merasakan bahwa hidup ini tiada berarti lagi, walau banyak harta namun hatinya sedih, sengsara dan sangat nelangsa. Aku tidak tahu sampai kapankan harus begini.
Mudah mudahan ada pembaca yang dapat memberikan solusi akan kepahitan hidupku, aku bisa kembali menjadi lelaki sehat perkasa seperti dulu.
Demikian kisah ini aku tulis dengan harapan ada pembaca yang berkenan membantu dan menuntun menuju hidup yang bermakna.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun