Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi
Mbah Dharmodumadi Mohon Tunggu... Dosen - Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rencana Itu Tak Seindah Kenyataan!

9 Juni 2021   14:32 Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:01 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Mbah Dharmodumadi Purwalodra

Beberapa hari lalu, saya mendiskusikan usaha bisnis yang cukup menggiurkan dengan anak kedua saya. Ia mengirimkan 'meme' di wall WA saya tentang perbedaan income Rp. 800 ribu, dengan Rp. 80 juta. Esensi dari 'meme' tersebut adalah untuk memotivasi seseorang agar jangan cepat puas dengan penghasilan Rp. 800 ribu per bulan, tapi berusahalah memperoleh penghasilan Rp. 80 juta per bulan. Info dari 'meme' tersebut bukan saja menawarkan metode dan filosofi bisnis, tetapi juga menawarkan komunitas dan produk-produk yang harus dipasarkan. Inilah yang membuat saya cukup kuatir. Karena anak kedua saya ini sangat mudah terpengaruh, mudah bosan, dan mudah tergiur dengan bisnis yang menghasilkan keuntungan besar dengan usaha yang minimal.

Dari 'meme' yang dikirim anak saya tersebut, saya hanya bilang begini, "Alhamdulillaah, tetaplah pada maqom ikhlas, Amanah, Istiqomah, Imamah dan Jama'ah. Jangan mudah terpesona dengan iming-iming keuntungan material atawa finansial, karena hidup adalah spiritual." Kemudian saya beralibi, bahwa kita hanya mampu mengelola hidup tidak lebih dari 12 % saja, selebihnya Allah Swt yang menentukan. Saya menyarankan kepada anak saya, "Atur channel hidup kita secara rasional agar kita tak mudah terjebak pada untung besar. Dan jangan lupa, bahwa talenta, kecerdasan, pemahaman ilmu, pesanan orang lain (ordering) kepada kita, dan jaringan yang tercipta adalah kuasa Allah Swt, bukan kuasa manusia yang fana, rapuh dan sementara."

Saya juga mengingatkan kepada anak saya, bahwa orang yang berpenghasilan Rp. 80 juta per-bulan, pada hakekatnya tidak pernah berfikir untuk memperoleh penghasilan sebesar itu. Orang yang berpenghasilan besar adalah orang yang memiliki disiplin belajar, disiplin berlatih, disiplin bekerja, disiplin ikhtiar dan menjaga Amanah. Mereka tidak fokus di uang, karena paradoks orang-orang yang fokusnya hanya di uang, akan banyak kehilangan uang. Dan orang-orang yang fokusnya belajar, berlatih, bekerja, ikhtiar dan berdo'a, justru akan memperoleh banyak keberuntungan, termasuk hadirnya uang.

Untuk lebih menguatkan pemikiran secara rasional, saya mencoba mendefinisikan perbedaan antara seorang narator, seorang motivator dan seorang aktor. Saya bilang begini, "seorang narator adalah penulis tentang biografi seseorang (aktor), yang tulisannya mampu menggugah orang lain agar terpengaruh dan mengikuti jalan hidup sang aktor yang dinarasikan tersebut. Sedangkan seorang motivator adalah orang yang mampu meledakkan potensi seseorang dari banyak pengalaman orang lain (biografi para aktor), agar orang yang dimotivasi mampu meningkatkan percaya diri dan bangkit dari zona nyamannya. Terakhir, bahwa seorang aktor adalah pelaku kehidupan yang bermodalkan disiplin belajar, disiplin berlatih, disiplin bekerja dan disiplin berdo'a."

Saran saya berikutnya, jadilah aktor-aktor kehidupan yang baik. Para aktor kehidupan inilah yang berhasil menguasai hidup dan menguasai kehidupan. Dan para aktor inilah yg berkesempatan menikmati keuntungan finansial dan non finansial lebih banyak dari para narator maupun motivator. "Kamu boleh menjadi narator ataupun motivator untuk dirimu sendiri." Pesan saya kepada anak kedua saya di wall WA.

Diskusi saya dengan anak kedua saya diatas mengimplikasikan, bahwa hidup ini memang perlu rencana, namun rencana itu tidak seindah kenyataan yang akan kita hadapi. Pepatah lama mengatakan, "buatlah rencana, namun bersiaplah untuk mengubahnya." Karena itulah, membuat sebuah rencana tidak seperti memahat di atas batu. Namun, ia lebih seperti mengukir huruf di atas air, karena banyak unsur yang mempengaruhinya, dan kita harus siap berubah, ketika keadaan membutuhkan.

Kita menyadari, bahwa keberhasilan kita menjalani hidup seringkali muncul dari kemampuan kita untuk membuat rencana cadangan atawa rencana perubahan. Rencana utama sering dihempas ketidakpastian keadaan, kemudian rencana cadangan atau rencana perubahan pun segera tampil ke depan menjadi rencana utama. Jadi mempersiapkan rencana cadangan adalah jalan penting untuk mencapai keberhasilan.

Pada saat rencana kita gagal, maka ada rencana lain yang sedang berjalan. Ada kecerdasan lain yang bekerja. Kita bisa menyebutnya kecerdasan kosmik, Allah Swt, Tuhan, semesta dan sebagainya. Di titik inilah, kita hanya perlu mengamati, berjangkar pada kehidupan dan melakukan hal-hal yang perlu serta bisa dilakukan. Ketika hidup sering tak sesuai rencana dan kehendak kita, maka ini adalah sesuatu yang harus kita syukuri. Apabila semua hal berjalan sesuai dengan rencana dan keinginan kita, justru dunia akan hancur. Karena keinginan dan rencana seringkali hanya bentuk lain dari ego manusia yang sempit, rakus dan merusak.

Pada akhirnya, kita perlu meyakini bahwa jika satu pintu tertutup, maka pintu lain akan terbuka. Apabila rencana utama mati, maka akan lahir rencana-rencana baru, dan yang patah akan tumbuh, yang hilang akan berganti ... ?!! Wallahu A'lamu Bhshsawwab.

Bekasi, 9 Juni 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun