Mohon tunggu...
felly murwito
felly murwito Mohon Tunggu... Konsultan - Bapak satu anak

Insinyur kata-kata & ahli runding Digital Marketing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gugurnya Fungsi Agama (1)

25 Februari 2020   09:46 Diperbarui: 25 Februari 2020   09:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

FUNGSI PENJELAS 

Fungsi agama telah berubah seiring waktu selama sejarah masyarakat. Dua fungsi tertuanya sudah nyaris hilang atau paling tidak sudah hampir menghilang. Bergantung dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan kemakmurannya. Fungsi-fungsi lainnya menyusut secara evolutive seiring evolusi organisasi dan evolusi biologis.

Salah satu fungsi agama yang paling tua adalah fungsi "penjelas" Masyarakat pemikir kuno butuh sesuatu untuk menjelaskan segala sesuatu yang mereka temui dan jumpai. Pertanyaan tentang matahari, misalnya. Betapa sulitnya itu dijelaskan oleh masyarakat kuno. Begitu banyak pertanyaan tentangnya. 

Bagaimana matahari menjadikan kehidupan lebih berarti. Tanpa matahari bumi gelap. Bahkan kehidupan di dalam gua (tanpa matahari) menjadi berbeda dengan kehidupan di luar gua. Maka matahari dianggap oleh masyarakat kuno sebagai yang supranatural. Sementara ilmuwan bahkan anak kelas 6 SD sudah diajarkan bahwa matahari adalah bintang. Bintang utama. Matahari bukan lagi diciptakan oleh tuhan melainkan ada karena big bang.

Banyak hal yang dulu dianggap supranatural seperti, pasang surut, angina, hujan dan badai, gempa hingga erupsi gunug kini sudah tidak lagi menjadi hal yang ajaib. Semua sudah bisa dijelaskan secara gambling bahkan bisa diantisipasi. 

Bahkan pertanyaan sederhana, duluan mana telur atau ayam sudah terjawab dengan seksama. Tidak mungkin ada telur jika tidak ada ayam karena telur tidak bisa memproduksi protein sendiri. Protein yang ada di telur hanya diproduksi di dalam ayam.

Dalam masyarakat yang semakin berpikir, membaca, meneliti dan menemukan beragam pertanyaan kuno. Maka peran Agama sebagai penjelas semakin direbut oleh sains dan pengetahuan. 

Dan salah satu hal yang menjadi andalan agama dalan menjelaskan terjadinya alam semesta kini sudah hampir hilang. Alam lahir bukan karena penciptaan tuhan, melainkan oleh ledakan besar dan bekerjanya hukum-hukum fisika. Bahkan penjelasan-penjelasan itu kini telah dipecah menjadi beberapa ilmu.

Penjelasan tentang asal usul bahasa kini sudah tidak lagi menjadi urusan dongeng dan mitos. Akan tetapi sudah menjadi urusan linguistik. Urusan gempa dan cuaca diserahkan kepada meteorology. 

Urusan alam semesta dengan jumlah galaksi yang ratusan milyar banyaknya menjadi ranah penelitian astronom. Bahkan biologi yang luas telah dipecah-dipecah. Kicau burung diurusi oleh etologi, sementara urusan sepesies diserahkan kepada biologi evolusioner untuk ditafsirkan.

Argument para theis yang masih menjadi perdebatan, bukan lagi tentang Bima Sakti. Tetapi sebuah pertanyaan teologi Paul Tillich, "Mengapa segala sesuatu ada, padahal bisa saja tidak ada". Tuhan sebagai jawaban adalah karena tidak adanya jawaban. Dan orang-orang yang malas berpikir butuh jawaban. Sementara manusia pemikir seperti para ilmuwan, seperti Hawking bahkan telah menganulir konsep kita tentang waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun