Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Lidah Kami Tidak Cukup Panjang untuk Menjilati Kekuasaan Anda Pak!

27 Agustus 2021   21:43 Diperbarui: 27 Agustus 2021   21:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Malam telah memeluk siang ketika saya menulis artikel ini, jauh disana Taliban telah mengambil alih Afghanistan dan mengangkangi Amerika yang selama ini sombong berkuasa. Sementara diindonesia muncullah baliho-baliho seperti jamur di musim penghujan, bersamaan dengan runtuhnya mural-mural demokrasi yang diciptakan seniman jalanan.

Kendati baliho itu tumbuh terus menerus, di desa saya tidak turun hujan melainkan awan-awan gelap yang memantau seperti Izrail terus berdatangan, kemudian mereka pergi seolah tidak ada manusia yang akan dicabut nyawanya hari ini. Mereka hilang ke tempat yang jauh, jauh sekali membawa Mikail yang menenteng hujan dengan tangan kanannya.

Ah, sudah lama saya tidak terjun ke Kompasiana sebab mengurusi blog Lastquestions saya, dan lucunya saya tidak mendapatkan penghasilan sepeser-pun, namun laksana manusia keras kepala, saya kekeuh untuk terus menulis dan mempercayai semua memiliki titik terang yang akan membawa saya ke puncak cahaya.

Namun sungguh susah, berkali-kali iman yang saya genggam harus direnggut oleh gigi dari anjing-anjing realitas yang tak kenyang-kenyang. Saya bertahan, sementara views saya semakin hari semakin menurun sehingga pada titik jenuh, saya vakum sebentar kemudian rasa ingin menulis itu datang kembali, kendati menulis di Indonesia adalah pekerjaan bunuh diri.

Saya pun menulis ini karena resah, dan tidak tahu harus menyindir apa sebab telinga pemerintahan kita telah diisi oleh rupiah-rupiah yang menggumpal, mereka tidak mampu mendengar dengan baik dan hanya bisa mengiya-iyakan segala sesuatu.

Dan saya tetap disini, didepan laptop saya yang tidak pernah berhenti menemani saya merajut mimpi didalam sunyi. Disekitaran saya buku-buku beterbaran, tidak tahu harus membaca yang mana, tidak tahu harus me-review yang mana. Sementara dunia terus bergerak seperti seorang raja didepan rakyatnya, ia tidak peduli, bahkan aku yang juga adalah budak dari dunia juga tidak dipedulikan, namaku bahkan dikubur sedalam-dalamnya dan di semen agar tiada satupun orang yang tahu.

Saya bisa membayangkan hal itu pula yang terjadi pada manusia di zaman orde baru, ah...orang-orang pemberani, mereka menentang raja yang memiliki mahkota dari baja. Dan orang-orang tadi akhirnya tertangkap, dimasukkan kedalam gentong, disemen, lalu dibuang kelaut dan menjadi teman ikan-ikan disana.

Ada juga yang mengatakan bahwa tong-tong itu meledak dan menjadi makanan hiu-hiu yang kelaparan, sebab pada tekanan tertentu benda akan meledak didalam permukaan air sebab tidak mampu menanggung beban yang dimiliki air.

Namun kendati masa itu hanyalah sejarah yang tiada yang mau pertanggung jawabkan, ia abadi menjadi kenangan dan pahlawan yang tak pernah dianggap ada oleh pemerintah, mereka hilang bersama cerita-cerita dan menjadi pahlawan sekaligus bajingan di waktu yang sama.

Dan kini kurasa hal itu akan terjadi lagi, bedanya kita tidak lagi berhadapan dengan topi baja melainkan mahkota banteng yang bertanduk tajam, aku juga curiga apakah nanti jika aku terlalu bersuara maka banteng itu akan dilepas, aku akan dikejar dan ditanduk sampai mati, kemudian tubuhku akan diikat dengan tali yang dipintal dan diseret sampai Merauke.

Sangat aneh Indonesia ini, ketika kita mengatasnamakan demokrasi untuk menjadi raja namun memotong lidah rakyat yang mau bersuara. Tulikah atau butakah mereka? Selama ini kita bangun dari keterpurukan karena kritikan dan tekanan, lalu hancur karena menelan terlalu banyak pujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun