Mohon tunggu...
Maya Pradhipta
Maya Pradhipta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fun Learning with Historical Fiction

10 Oktober 2017   13:22 Diperbarui: 10 Oktober 2017   13:30 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Historical fiction. Fiksi sejarah. Cerita fiksi, biasanya drama, yang berlatar sejarah. Suatu genre kesusastraan, ataupun film, yang bikin saya bertanya-tanya sekaligus pengen menjelajah waktu. Pakai mesin waktu seperti di novel Timeline karangan Michael Crichton. Berpetualang ke Eropa abad pertengahan yang penuh gejolak, di mana endingnya ada seorang yang ketinggalan di masa itu. Duh belum-belum udah nyeremin. Gak kebayang sejarah bisa berubah gara-gara hal-hal semacam itu.

Dengar-dengar Eropa zaman segitu emang lagi suram-suramnya. Saya pernah membaca Ratu Mawar Putih (The White Queen) karangan Philippa Gregory, pernah nonton serialnya juga sebanyak 10 episode (dibintangi Rebecca Ferguson dan Max Irons) dari situs unduhan, kisah tentang Raja Edward IV dari Inggris abad XV yang konon kabarnya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Lady Elizabeth Woodville, seorang janda. 

Pernikahan mereka bikin konflik berkepanjangan meskipun dilandasi cinta, yang setahu saya jarang terjadi di pernikahan kerajaan. Ini mungkin karena banyaknya orang yang pengen jadi raja. Intinya begitu. Hidup seperti tak pernah tenang terutama bagi Sang Raja yang meninggal muda, meninggalkan ratu yang tersia-sia. 

Bahkan sang pewaris tahta yang mestinya adalah Raja Edward V, putra mahkota, justru raib di hari penobatannya sebagai raja. Kabarnya dia ngilang bersama adiknya, Richard of Shrewsbury, Duke of York. Entah mereka dibawa kabur atau dibunuh oleh siapa di Menara London yang terkenal itu, masih menjadi misteri sampai saat ini, padahal 6 abad sudah berlalu. Saya miris. Mereka masih anak-anak lo, yang mestinya jadi harapan Inggris justru harus menerima kenyataan pahit. 

Coba ada Detektif Conan ya, mungkin kasus ini bisa terungkap. Apakah yang bunuh mereka adalah sang paman yang akhirnya menjadi Raja Richard III, ataukah pihak lawan lain lagi yang mengklaim bahwa pewaris tahta yang sah sebenarnya adalah Henry Tudor, yang akhirnya toh jadi Raja Henry VII juga setelah membunuh Richard. Haduh, gak capek apa ya berseteru melulu. Saya aja yang baca dan nonton gak habis-habis tegangnya. Mungkin ini yang menyebabkan Elizabeth of York, putri mendiang Raja Edward IV yang akhirnya jadi ratu setelah menikah dengan Henry VII (what? Masa nikah sama musuh bebuyutan bapaknya...) hidup relatif adem ayem dengan banyak ngabisin waktu agak jauh dari istana. Mungkin dia lelah...

Omong-omong soal Ratu Elizabeth of York yang juga meninggal muda ini, di novel Nyonya Perkabungan (Mistress of Mourning)karangan Karen Harper kabarnya dia masih susah move on dengan ngilangnya dua adik kesayangannya di Menara London. Gimana lagi, semua pasti juga sedih kalo ada keluarga yang bernasib tragis kayak gitu. Sang suami, Raja Henry VII juga setahu saya gak nikah lagi sepeninggal Sang Ratu. Kisah keduanya menjadi latar dari petualangan romantis antara seorang pembuat lilin istana bernama Varina Westcott yang sering diajak curhat oleh Sang Ratu. Saya lumayan menyukai novel ini, penceritaannya bagus. Terus romantisnya sama siapa? Namanya istana, pasti ada kesatria dong. Kebetulan kesatria ini bernama Nicholas Sutton. 

Saya suka karakter Nick Sutton ini, agak mirip dengan Nicholas Brisbane kalo di kisah yang agak modern. Tentang Brisbane akan saya ceritakan lain waktu. Yang jelas Nick ini benar-benar kesatria yang rela berkorban untuk kerajaan, tapi berhati lembut dan protektif ke Varina. Nick dan Varina terlibat petualangan dalam memecahkan misteri siapa kira-kira yang meracuni Pangeran Arthur. Siapa lagi dia? Arthur adalah Putra Mahkota yang baru dinikahkan dengan Catherine of Aragon, putri dari Kerajaan Spanyol. Keduanya masih abege, tapi ya memang dalam kondisi pemerintahan penuh intrik seperti zaman dulu memang banyak yang dinikahkan muda, juga meninggal di usia muda. Jadi belum-belum Putri Catherine udah menjanda, yang akhirnya dinikahi oleh adik Pangeran Arthur sendiri yaitu Henry VIII yang jadi raja setelah ayahnya wafat.Terlepas dari terpecahkan atau tidaknya misteri Princes in The Tower dan apakah Pangeran Arthur diracun, di akhir cerita Nick menikahi Varina.

Kisah intrik dalam istana masih berlanjut di cerita yang lain. Raja Henry VIII ini, putra Henry VII dengan Elizabeth of York, punya cerita yang tak kalah kontroversialnya. Raja ini menikah 6 kali demi mendapatkan pewaris tahta laki-laki. Jadi dengan janda Pangeran Arthur seperti disebut di atas gak ada anak lelaki? Memang tidak meskipun mereka telah lama menikah. Setahu saya kisah ini ada di buku Philippa Gregory yang lain berjudul The Other Boleyn Girl. Saya belum pernah membacanya, hanya menonton filmnya (Natalie Portman dan Scarlett Johansson) serta serial TVnya yang berjudul The Tudors (Jonathan Rhys Meyers dan Natalie Dormer). 

Ini sama menegangkannya dengan The White Queen, bedanya The White Queen tegang karena kebanyakan perang memperebutkan tahta, sementara The Tudors tegang karena Raja Henry kebanyakan berburu istri hingga 5 kali pasca bercerai dengan Ratu Catherine of Aragon di mana 2 dari 5 ratu tersebut berakhir hidupnya dengan dipenggal kepalanya. Hiiii, sereeem!!! Tapi dari 6 istri tadi, gimana dengan keturunan lelaki? Ternyata Raja hanya mendapatkannya dari permaisuri ketiga bernama Jane Seymour, meskipun sang pangeran (akhirnya jadi raja Edward VI) dan ratu keduanya tidak berumur panjang. Jadi kelanjutan tahta pun ada di tangan Mary, sang putri dari pernikahan pertama Raja dengan Catherine.

Lalu di masa-masa keemasan Inggris waktu pemerintahan Elizabeth I (yang ini adalah adik Mary, anak sang ayah dengan Anne Boleyn), ada lagi konflik yang tak kalah menarik. Seputar perseteruan Elizabeth dengan Mary yang lain lagi, kali ini Ratu Skotlandia yang masih saudara sepupu. Entah apa sebenarnya yang jadi pemicunya, mungkin perebutan tahta atas Inggris dan Prancis. Kejadian itu menjadi latar dari novel Cinta di dalam Istana (All The Queen's Players) karangan Jane Feather yang menceritakan seorang gadis bernama Rosamund Walsingham yang awalnya hanya ingin mencari suami tapi justru malah terlibat intrik dengan kedua ratu tersebut hingga akhir hayat ratu Mary yang juga menemui ajal di tangan algojo pemenggalan. Ada juga beberapa film dan serial TV yang mengambil latar masa itu, salah satunya yang saya tonton adalah Reign (Adelaide Kane dan Toby Regbo). Serial ini kabarnya masih berlanjut tapi entah kapan karena ending season 3nya masih ngambang.

Sejarah Inggris ternyata begitu ya, penuh intrik dan misteri. Tapi dari semua yang tegang-tegang tadi, kita masih dihibur oleh pasangan penuh cinta yang juga amat menginspirasi penulis dan pembuat film, siapa lagi kalau bukan Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Ada novelnya berjudul Badai Gairah di Istana Ratu Victoria (A Rogue of My Own) karangan Johanna Lindsey. Jiaaah, terjemahan judulnya gengges banget ya? Hehe. Bukan cuma sang ratu dan pangeran aja yang bergairah rupanya, tetapi para dayang dalam novel ini, salah satunya bernama Lady Rebecca Marshall yang juga bergairah memperebutkan cinta sang tokoh pria, Rupert St. John yang digambarkan berwajah malaikat. Tapi kayak apa sih pria berwajah malaikat itu? Apa kayak Alexander Skarsgaard? Haha, pastinya ganteng banget sampai bikin semua dayang itu terpana. Mungkin saya pun bakal terpana kalo ketemu cowok macam itu :D. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun