Mohon tunggu...
Mayang SekarAnindya
Mayang SekarAnindya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Bioteknologi tingkat akhir yang juga berkecimpung di dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kota Pahlawan Berpotensi Menjadi Wuhan Kedua

10 Juli 2020   13:17 Diperbarui: 10 Juli 2020   13:15 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi Covid-19 telah berlangsung kurang lebih selama 4 bulan ini terhitung sejak akhir Maret 2020. Beberapa daerah di Indonesia sudah mulai menerapkan New Normal namun tetap dengan menggunakan masker saat berada di luar rumah dan pembatasan interaksi sosial. Beberapa daerah berani menerapkan new Normal karena angka kesembuhan telah meningkat serta semakin berkurangnya angka kesakitan yang terdapat di daerah tersebut. Namun terdapat beberapa daerah yang masih menyandang status rawan atau bisa disebut dengan zona hitam dan zona merah yang tetap menerapkan New Normal, salah satunya yaitu kota Surabaya.

Kota Surabaya telah kembali normal sejak akhir Juni 2020. Segala kegiatan sudah berjalan seperti sebelum adanya pandemi. Fasilitas hiburan masyarakat seperti Car Free Day (CFD), pasar malam, pasar tradisional, pusat perbelanjaan juga sudah mulai dibuka kembali. Sebagian besar masyarakat juga sedang giat bersepeda keliling kota bersama keluarga atau kerabat.

Status "zona hitam" yang melekat seolah bukan menjadi hal yang "menakutkan" bagi masyarakat. Angka kesakitan dan angka kematian yang terus meningkat juga bukan menjadi suatu masalah bagi warga Surabaya. Menurut Dicky Budiman, Epidemiolog dari Griffith University Australia, kondisi zona hitam bisa memiliki arti darurat. "Sudah lebih dari zona bahaya yakni merah.

Artinya, penambahan kasusnya sudah tinggi, lebih dari 2.000-an biasanya," ujarnya. Ia juga menambahkan, warna yang tampak seperti hitam tersebut aslinya adalah berwarna merah. "Sebetulnya yang aslinya itu bukan warna hitam, aslinya warna merah. Jadi ketika angka kasus baru di atas 2.000-an, maka daerah itu akan berwarna merah. Jadi tampak seperti hitam," ucap dia.

Terhitung sejak hari Sabtu, 6 Juni kemarin, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, tercatat penambahan kasus baru tertinggi sebanyak 296 kasus. Pasien positif Covid-19 di Surabaya sudah mencapai lebih dari 2.000 kasus. Peningkatan drastis ini disebabkan karena tidak seimbangnya strategi testing, tracing, dan isolasi.

Terutama pada strategi isolasi, di Surabaya terdapat setidaknya 30 kluster ditambah dengan perilaku masyarakat yang masih sangat abai dan tidak mengindahkan himbauan untuk memakai masker, jaga jarak serta isolasi mandiri. Tanpa adanya kerjasama yang terjalin antara masyarakat dengan pemerintah, tentu saja keinginan untuk mencegah penularan dan melambat pergerakan penyebaran Covid-19 akan sulit dicapai.

Salah seorang dokter di RS Rujukan di Surabaya, Jawa Timur menyayangkan masih banyak anggota masyarakat yang masih meremehkan bahaya pandemi Covid-19, beliau menganggap edukasi mengenai Covid-19 kurang dapat diterima dan dicerna oleh masyarakat. Mengingat ada banyak kategori dilingkungan masyarakat Surabaya, tentunya metode dalam penyampaian edukasi juga akan berbeda, menyesuaikan dengan tingkatan kategori yang ada. Kota Surabaya ditakutkan akan berpotensi menjadi Wuhan kedua mengingat data peningkatan kasus yang melonjak drastis.

Selain itu, kemungkinan besar Cocid-19 dapat menjadi penyakit endemi di Surabaya, karena penyebarannya yang stabil dan cenderung meningkat. Tentu saja Covid-19 di kota ini akan cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ditekan penyebarannya daripada kota atau daerah lainnya.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini tidak menyerah untuk tetap bertekad menurunkan kasus Covid-19 di Surabaya. Walikota bersama dengan pemerintah setempat sudah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai penularan virus, di antaranya dengan melakukan pelacakan dan pemetaan wilayah secara massif. Beberapa klaster yang ada di Surabaya akan di tracing meliputi siapa dia, bertemu dimana, dan siapa saja yang berada disitu. Dari hasil tracing itu, kemudian ditemukan orang dengan risiko (ODR).

Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga siapa yang ada disitu. Walikota mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan satu orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya. Dan orang itu dimasukkan sebagai ODR. Setelah itu, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi. Namun demikian, walikota mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.

Ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, pemkot melalui kelurahan akan memberikan makan dan kebutuhan selama isolasi supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Selain itu, walikota menyatakan saat ini Pemkot Surabaya terus gencar melakukan rapid test (tes cepat) massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun