Mohon tunggu...
Maya Inggrid Christine Selat
Maya Inggrid Christine Selat Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jepang, memiliki Hobi membaca.

Selalu ada alasan untuk Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rancangan Tindakan Aksi Nyata- Budaya Positif

19 Oktober 2021   21:03 Diperbarui: 19 Oktober 2021   21:42 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tugas Modul 1.4.a.10.2 Aksi Nyata - Budaya Positif

 Rancangan Tindakan Untuk aksi Nyata

Judul Modul                : Keyakinan Kelas sebagai Budaya Positif dalam proses Pembelajaran

Nama peserta             : Maya Inggrid Ch.Selat,S.Pd

Latar Belakang

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Pada awalnya kata Sekolah berasal dari bahasa Latin, yaitu skhhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan mereka yang utama, yaitu bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Oleh Karena itu hubungan antara guru dan murid dalam berinteraksi disekolah, merupakan Faktor yang penting untuk menumbuhkan budaya positif bagi para  murid di sekolah.

Budaya positif sekolah adalah suatu budaya sekolah yang mampu mendorong semua warga sekolah untuk memiliki kebiasaan baik, kepribadian unggul dan berbudi pekerti. Untuk bisa mencapai semua yang diinginkan,maka Semua pihak harus terlibat dalam pembiasaan positif tersebut. Pembiasaan positif yang mdilakukan oleh semua warga sekolah akan menjadi sebuah budaya sekolah.

 Budaya positif merupakan salah satu perwujudan dari filosofi Ki Hadjar Dewantara yaitu tentang terciptanya sebuah sekolah sebagai sebuah taman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai suatu proses menuntun segala kodrat pada anak,hidup tumbuhnya anak itu diluar dari kecakapan atau kehendak  seorang pendidik,setiap anak adalah mahluk ,manusia dan benda hidup yang hidup dan bertumbuh menurut kodratnya sendiri. Oleh Karenanya seorang pendidik hanyalah sebagai seorang pamong dalam pembelajaran yang di lakukan,Dengan pembiasaan budaya positif di lingkungan sekolah maka pendidik  bisa menjadi teladan, pendorong, dan penyemangat bagi anak didik. Menciptakan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah yang memiliki Budaya Positif akan membuat anak didik  bersemangat untuk belajar.

Filosofi KI Hajar Dewantara  tentang bagaimana menciptakan sebuah sekolah yang menyenangkan bagi siswa, sejalan dengan pengertian awal dari Sekolah yang  memiliki arti sebagai  kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan mereka yang utama, yaitu bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja.  Pelaksanaan budaya positif disekolah akan dapat menciptakan murid yang merdeka belajar dan berbudi pekerti. Dengan Harapan bahwa jika budaya positif telah ada di dalam diri setiap peserta didik, maka profil pelajar Pancasila yaitu Beriman,Bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berahlak mulia,berkebinekaan global, bergotong royong,mandiri, bernalar kritis, dan kreatif akan tercipta, dan mereka akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berkarakter baik dimasa depan nanti.

Melalui Budaya positif yang ada disekolah, akan  memberikan peluang bagi sekolah dan semua warga sekolah untuk berfungsi secara optimal, semua warga sekolah bisa bekerja secara efisien, serta penuh dengan vitalitas dan  memiliki semangat yang tinggi, dan mampu untuk terus bisa mengembangkan diri. Oleh karena itu, budaya positif disekolah perlu untuk ditanamkan sejak dini dan dijadikan sebagai sebuah pembiasaan, yang dilakukan secara terus menerus.

Salah satu cara menumbuhkan Budaya positif adalah dengan bersama-sama menyepakati keyakinan kelas atau kesepakatan kelas. Arti kata keyakinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ke.ya.kin.an [n] (1) kepercayaan  yg sungguh-sungguh, kepastian,ketentuan, (2) bagian agama atau religi yg berwujud konsep yg menjadi keyakinan (kepercayaan) para penganutnya. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun