Mereka yang bertugas untuk memelihara jiwa-jiwa juga punya peran yang vital untuk menghentikan kejadian yang dialami oleh kedua remaja dari Lombok itu.Â
Pasangan-pasangan yang memiliki niat untuk berkeluarga seharusnya diselidiki keberadaan dan kelayakan mereka masing-masing. Bagaimana mungkin, seorang pemangku agama menerima dan menikahkan pasangan yang masih dibawah umur?Â
Jangan sampai, mereka yang seharusnya seharusnya turut berperan untuk menciptakan keluarga-keluarga yang bahagia justru menciptakan neraka bagi mereka.Â
Dari kedua kasus di atas, baik yang terbunuh maupun yang tak tahan untuk segera menikah, hendaknya tidak hanya mengajak kita semua untuk lebih awas dalam mendampingi dan mendidik anak-anak di rumah, tetapi berefleksi lebih jauh bahwa untuk mencetak dan menciptakan generasi yang mantap, matang, berkualitas dan siap untuk mengarungi kehidupan, tidaklah mudah.Â
Selama ini, cukup banyak dari antara kita yang berteriak, mempersalahkan, melaporkan, menghukum, bahkan menganiaya para guru karena mendidik anak-anak kita.Â
Sekarang, kita telah merasakan sendiri bagaimana betapa sulit menjadi guru di rumah bagi anak-anak. Kasus- kasus yang diciptakan oleh orangtua di rumah, rupanya jauh lebih besar daripada yang dilakukan oleh para guru sekolah.Â
Baru beberapa bulan menjadi guru di rumah, sudah ada yang menjadi korban. Bagaimana kalau ini akan berlangsung bertahun-tahun sebagaimana dialami oleh seorang guru di sekolah?