Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Ada yang Terbunuh, Sekarang Ada yang Menikah

18 September 2020   14:13 Diperbarui: 18 September 2020   14:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Korban Terus Berjatuhan

Proses belajar dari rumah (daring) yang terpaksa dilakukan untuk mencegah penularan virus covid-19, terus memakan korban. 

Setelah beberapa waktu yang lalu, media Jpnn.com mengabarkan bahwa di Tangerang terdapat pasangan suami-isteri (Imam Safi'e dan Lia Handayani) tega membunuh darah daging mereka sendiri (Keysya Safiyah 8 tahun) karena dinilai sulit memahami belajar online.

Hari ini, media yang sama mengabarkan bahwa di Lombok Tengah, terdapat pasangan siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yakni Suhaimi (kelas 2) dan Nur Herawati (kelas 1 SLTP) yang menikah.

Suhaimi dan Nur Herawati melakukan itu atas dasar suka sama suka. Walaupun kedua orangtua Suhaimi pada awalnya melarang tetapi karena calon isteri si anak sudah dibawa ke rumah, mau tidak mau, pernikahan yang seharusnya belum pantas terjadi karena terkendala dengan faktor usia atau umur itu, tetap dilangsungkan pada Sabtu, 12 September yang lalu. 

Kita berharap bahwa kedua peristiwa ini menjadi pelajaran bagi semua orangtua, pemerintah, dan siapa saja yang terketuk hati untuk menyumbangkan tenaga, pikiran, dan berbagai hal baik lainnya guna menekan terjadinya kasus-kasus serupa.

Peran Orangtua

Kasus yang menimpa Suhaimi dan Nur Herawati, seyogyanya tak perlu terjadi. Bagaimana mungkin, dua orang anak masih dibawah umur yang karena keadaan darurat dan seharusnya tinggal di rumah untuk beraktifitas, bisa lolos dari pengawasan, lalu bertemu dan sepakat untuk menikah? 

Kalau kemudian ini terjadi maka, kurang pengawasan orangtua terhadap anak-anak. Para orangtua seharusnya membangun suatu kebiasaan untuk mencari tahu keberadaan dan aktifitas anak-anak di rumah. 

Kalau salah seorang dari antara mereka tidak kelihatan batang hidungnya dalam waktu yang lama, perlu dicari tahu. Dia kemana pergi? Dalam rangka kepentingan atau urusan apa? Dengan siapa?

Untuk hal di atas, saya teringat atau terkenang dengan kebiasaan para orangtua di kampung halaman saya. Kalau pada waktu-waktu tertentu yang mengharuskan anak-anak sudah ada di rumah (makan, istirahat siang, atau belum kembali kalau sudah senja hari), tetapi tidak ada, mereka akan mencari dari rumah yang satu ke rumah yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun