Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bijak Menyikapi Perbedaan Puasa Arofah dan Idul Adha

9 Juli 2022   11:33 Diperbarui: 9 Juli 2022   11:35 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Idul Adha tahun 2022 ini kembali terjadi perbedaan tanggal. Sebagian masyarkat Indonesia berlebaran Haji hari ini, tanggal 09, Juli 2022 dan sebagian mengikuti kebijakan Pemerintah yaitu pada tanggal 10 Juli esok hari. 

Fenomena ini sudah tidak asing bagi kita Ummat Islam di Indonesia. Pun demikian adanya dengan lingkungan di mana saya hari ini berada.

Biasanya, selama saya tinggal di tanah kelahiran, perbedaan ini tidak terlalu menyita perhatian saya, karna kami saling menghargai perbedaan masing-masing. Meskipun berbeda pendapat penanggalan lebaran dan terlebih pelaksanaan puasa Arafah, tetap saja di Tempat tinggal saya, solat ied selalu serentak terlepas dari perbedaan tersebut. 

Untuk pertama kali setelah 5 tahun saya kembali berada jauh dari orang tua, jauh dari lingkungan dimana saya dibesarkan. Di tempat baru ini, perbedaan pendapat akan penanggalan 9 dan 10 Dzulhidjah, terasa sangat kentara, tadi malam saya sudah mendengar beberapa masjid bertakbir, dan pagi ini berbondong-bondong jamaah berangkat ke Masjid atau lapangan untuk melaksanakan solat Ied.

Sementara sebagian masyarakat masih ada yang berpuasa Arofah pada hari ini. Kenapa selalu terjadi perbedaan ini ? Dan siapa yang benar? Lantas kita harus mengikuti siapa? 

Pertanyaan ini saya pikirkan dan coba saya fahami, agar pemahaman saya lebih baik dan bijak dalam menyikapi perbedaan yang ada dalam segala hal. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Berawal dari kekecewaan ibu pemilik kos di mana saya tinggal. Beliau tidak saya bangunkan sahur, karena saya pikir ibu kos kelelahan setelah seharian penuh melakukan perjalanan ke kota sebelah, saya untuk sahur sementara ibu kos saya abaikan. Sehingga bu kos tidak berpuasa pada hari Jumat dan akan berpuasa esok hari di hari Sabtu. 

Namun demi mendengar takbiran setelah adan magrib, dia begitu kecewa dan sangat menyesal telah melewatkan puasa Arafah dan sedikit memprotes saya yang tidak mengajaknya sahur. Wah saya jadi tidak enak hati.

Lantas saya bertanya " Bu, ibu ikut keputusan pemerintah, atau ikut Arab saudi? Kalo ibu mau puasa, kan pemerintah Indonesia memberikan keputusan Ahad kita lebaran, jadi besok ibu masih bisa puasa. Begitu kurang lebih pertnyaan saya, dan dengan berhati-hati saya menyampaikan pendapat, hawatir malah salah kata, dan semakin membuat saya merasa bersalah. Akhirnya si ibu menelfon beberapa sodara dan meminta pendapat sepertinya, dan diputuiskanlah ibu kos berpuasa hari Sabtu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun