Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Duhai "Jamu", Kau Dicela Kau Disayang

27 Maret 2021   07:03 Diperbarui: 4 April 2021   05:27 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan jamu dari rimpang atau herbal berkhasiat yang dikeringkan (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Sejarah jamu

Kata jamu kabarnya berasal dari Djamoe yang merupakan singkatan dua kata yaitu djampi (jampi) dan oesodo (usodo). Kata jampi berarti proses penyembuhan dengan menggunakan ramuan obat-obatan, doa-doa dan ajian-ajian. Sedangkan kata usodo bermakna kesehatan. 

Jamu sudah sejak lama ada dan dikenal orang, ratusan atau bahkan ribuan tahun silam. Bukti keberadaan jamu di masa lampau bisa kita saksikan seperti yang tergambar pada relief-relief candi di Jawa Tengah. 

Bahan jamu yang sudah dikeringkan dimasukkan dalam toples agar awet (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Bahan jamu yang sudah dikeringkan dimasukkan dalam toples agar awet (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Beberapa panil pada relief Karmawibhangga berangka tahun 772 masehi yang terpahat di dinding kaki Candi Borobudur menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan pengobatan (penyembuhan) cara kuno. 

Pada panil 3 terdapat relief yang bercerita tentang proses kelahiran. Tampak seorang wanita hamil sedang dibantu beberapa wanita, diantaranya seorang dukun beranak. 

Panil 18 menggambarkan seorang laki-laki mendapatkan perawatan dari beberapa wanita. Ada yang memijat kepalanya, memegang tangan dan kakinya. Orang-orang di sekitarnya tampak bersedih. 

Panil 19 menggambarkan beberapa orang yang sedang memberikan pertolongan pada seorang laki-laki yang sedang sakit. Ada yang memijat kepalanya, menggosok perut serta dadanya, juga ada seseorang yang membawa obat. Di sampingnya terdapat gambar relief yang memperlihatkan suasana bersyukur atas kesembuhan seseorang. 

Pada panil 78 juga terdapat relief yang bercerita tentang seorang wanita sedang memegang lengan laki-laki yang sedang sakit. Sementara relief lain bercerita tentang beberapa orang sedang mengobati dua orang laki-laki sakit kepala dengan cara memegang kepalanya. 

Pada masa Kerajaan Majapahit, abad ke-13 profesi sebagai penjual (peracik) jamu yang disebut acaraki juga sudah ada, seperti yang tergambar pada Prasasti Madhawapura. Kala itu jamu sudah menjadi minuman kebesaran raja terutama saat upacara-upacara kerajaan. Jamu yang diminum raja itu melambangkan delapan arah mata angin sekaligus lambang Surya Majapahit. 

Bahan jamu dalam toples (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Bahan jamu dalam toples (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Selain digambarkan pada dinding candi, hal ihwal jamu juga sudah tertulis dalam naskah-naskah atau kitab-kitab kuno. Di era digital seperti sekarang ini, ketika dunia medis maju dengan pesat, jamu masih mendapat tempat tersendiri di hati para penikmatnya. 

Tanaman yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan jamu biasanya berupa rimpang dan rempah-rempah pilihan, seperti kunyit (kunir), temulawak, jahe, kencur, hingga lengkuas (laos). Semua bahan jamu tadi mudah ditemukan di pasar tradisional yang ada di sekitar rumah tinggal kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun