Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Beragam Versi Seputar Munculnya "Supersemar"

10 Maret 2021   16:15 Diperbarui: 11 Maret 2022   06:06 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Karno, presiden pertama RI (dokumentasi Mawan Sidarta, sumber : Indonesia, Ajam-Djantan-Sedjarah Dunia Baru)

Setelah sidang kabinet ditutup oleh Dr. J Leimena, tiga orang Jenderal yang ikut menghadiri sidang yaitu : Mayor Jenderal Basuki Rahmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf dan Brigadir Jenderal Amirmachmud langsung menghadap Letjen Soeharto di kediamannya yang waktu itu tidak bisa menghadiri sidang karena sakit.  

Letjen Soeharto mengizinkan ketiga Jenderal itu untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan disertai pesan bahwa lLetjen Soeharto sanggup mengatasi keadaan apabila Bung Karno mempercayakan hal itu kepadanya.  

Setelah mengadakan pembahasan yang cukup mendalam, Bung Karno menugaskan kepada ketiga Waperdam, ketiga jenderal dan ajudan beliau Brigadir Jenderal M. Sabur untuk merumuskan SP itu.  

Malam harinya, sekitar pukul 19.00, SP itu ditandatangani oleh Bung Karno dan dibawa oleh ketiga jenderal untuk disampaikan langsung kepada Letjen Soeharto di Jakarta.  

Salah satu versi Supersemar (dokumentasi Mawan Sidarta, sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973)
Salah satu versi Supersemar (dokumentasi Mawan Sidarta, sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973)
Kontroversi yang mengiringi keluarnya Supersemar

Laporan ajudan Bung Karno saat berlangsung sidang Kabinet Dwikora yang menyebutkan di luar Istana Negara banyak ditemukan pasukan liar (tak dikenal) belakangan diketahui kalau itu pasukan Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat) dibawah pimpinan Mayor Jenderal Kemal Idris yang waktu itu bertugas menangkap para pejabat negara yang terlibat G-30-S, salah satunya Dr. Soebandrio selaku Waperdam I.  

Sebagian kalangan menilai ketidakhadiran Letjen Soeharto dalam sidang Kabinet Dwikora dengan alasan sakit dianggap sebagai skenario untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai kejanggalan, disaat para pejabat negara lainnya hadir mengapa Letjen Soeharto tidak.  

Supersemar merupakan surat perintah dari Bung Karno kepada Letjen Soeharto untuk mengamankan situasi negara yang tidak menentu waktu itu, bukan pengambil-alihan kekuasaan. 

Di mana keberadaan Supersemar yang asli tidak begitu jelas. Beberapa tahun kemudian naskah asli surat ini dinyatakan hilang dan tidak jelas siapa yang menghilangkan surat ini. Para pelaku sejarah peristiwa lahirnya Supersemar ini sudah meninggal dunia. 

Belakangan, keluarga M. Jusuf mengatakan bahwa naskah Supersemar itu ada pada dokumen pribadi M. Jusuf yang disimpan dalam sebuah bank.  

Pengakuan Sukardjo Wilardjito

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun