Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Telo Madu", Pengganjal Perut yang Cukup Bergizi

29 Januari 2021   02:57 Diperbarui: 4 April 2021   05:11 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketela biasa (dok. Mawan Sidarta)

Sebagian dari kita, terutama yang asli suku Jawa mungkin pernah mendengar ejekan atau umpatan "pancen kowe telo, mangkane ora ngerti babar blas" (memang kamu seperti ketela, itu sebabnya tidak mengerti sama sekali). Telo merupakan kata dalam Bahasa Jawa yang berarti ketela. 

Dalam kalimat berbahasa Jawa di atas kata "telo" digunakan untuk mengejek atau mengumpat seseorang karena marah atau jengkel. Kata telo atau ketela digunakan untuk mengungkapkan (menggambarkan) seseorang yang bodoh, katrok atau beragam perilaku (watak) lainnya yang menjengkelkan.

Telo atau ketela rambat (ubi jalar) merupakan "polo pendem" (umbi-umbian yang terpendam dalam tanah), seperti juga ketela pohon (singkong), mbote (talas), ganyong dan gembili. Ketela sepintas mirip kentang (potato) tapi daging umbinya terasa manis sehingga disebut juga sweet potato.  

Mungkin lantaran telo tumbuh dan berkembang di dalam tanah, makanan orang kampung (ndeso) sehingga sebagian masyarakat Jawa menggunakan kata telo untuk menggambarkan sosok yang rendahan dan terbelakang.

Ketela memang terlihat sederhana atau bahkan remeh namun sejatinya ia merupakan bahan makanan yang turut memperkaya khasanah dan ketahanan pangan nasional seperti halnya padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), sorgum (Sorghum bicolor) dan gandum (Triticum aestivum).

Jika dimakan, ketela cukup mengenyangkan seperti halnya nasi (beras), jagung, gandum dan kentang hal itu karena kandungan zat tepung (karbohidrat) dan serat (selulose) ketela cukup tinggi.  

Harga perkilogram ketela rambat kurang lebih sama dengan harga singkong (ketela pohon) tapi lebih murah dari harga beras perkilogramnya. Ketela, selain dimanfaatkan untuk bahan pangan manusia juga digunakan untuk campuran pakan hewan seperti gajah dan babi.  

Beberapa nama varietas ketela yang sering kita dengar di pasaran, diantaranya : ketela Gunung Kawi Malang, ketela Pacet Mojokerto dan ketela Cilembu Sumedang (Jabar). Meski demikian jumlah varietasnya sebenarnya cukup banyak. 

Di pasar tradisional, harga eceran perkilogramnya berkisar antara Rp. 5000,- hingga Rp. 10.000,-. Di tingkat pengepul (suplier) jauh lebih murah lagi, harganya antara Rp. 1800,- sampai Rp. 2000,-.

Pemanfaatan ketela sebagai bahan makanan yang paling sederhana ialah dengan cara menggorengnya, merebus, merajang ketela tadi untuk keripik dan menghaluskan ketela yang sudah matang menjadi getuk.  

Dengan daya kreasi yang telah dimiliki seseorang bisa saja ketela diolah lagi menjadi puding ketela, stik ketela, getuk ketela rasa pisang, sambal goreng ketela, nasi uduk berbahan dasar ketela dan juga bumbu semanggi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun