Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengatasi Banjir Jakarta? Mari Belajar dari "Kolam Purba" di Jawa Timur

5 September 2019   01:59 Diperbarui: 5 September 2019   11:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam Segaran (2015) sebagai sarana memancing (dok.pri)

Sebagian orang mungkin saja menganggap sejarah (history bukan his story) dan belajar sejarah menjadi konsumsi anak-anak sekolah (pelajar) dan kalangan tertentu seperti mahasiswa, peneliti (arkeolog) juga penikmat sejarah saja karena dianggap kuno, hanya bercerita tentang masa lalu.

Belajar Sejarah agar bijaksana  
Sejatinya tidak sesederhana itu. Sejarah dan belajar sejarah memang tak lepas dari mengingat peristiwa dari masa ke masa (tempat, tanggal dan tahun kejadian) namun lebih dari itu dengan belajar sejarah memungkinkan seseorang (generasi) menjadi bijaksana.

Pernyataan itu bukan sekedar bualan (omong kosong) karena telah dibuktikan sendiri oleh Bung Karno selaku salah satu pendiri bangsa ini dan para tokoh bangsa sesudah kepemimpinan beliau.

Saat berpidato ilmiah dalam rangka pengukuhan beliau sebagai doktor honoris causa ilmu sejarah di lingkungan Universitas Pajajaran Bandung pada 23 Desember 1964,  dengan menukil pendapat Sir John Seeley (The Expansion of England) Bung Karno mengatakan bahwa "kita harus mempelajari sejarah, agar supaya kita bijaksana lebih dahulu, agar supaya kita tahu ke mana kita harus berjalan. Orang yang tidak mempelajari sejarah atau mengambil pelajaran dari sejarah sebetulnya orang yang tidak bijaksana. Orang yang tidak mengetahui sejarah, orang demikian itu tidak mengetahui tujuan".

Para tokoh bangsa kita dewasa ini pun bisa saja mengambil pelajaran dari sejarah masa silam dalam rangka mengambil kebijakan untuk Indonesia yang lebih baik. Bukan untuk meninabobokan bangsa dan negara dengan beragam dongeng atau bahkan membawanya ke masa lalu namun lebih kepada belajar pada kasus mengapa peristiwa sejarah itu bisa terjadi lalu bagaimana penyelesaian (konflik) dan langkah-langkah antisipatifnya.

Sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia pada masa lampau diharapkan bisa menjadi kaca benggala (inspirasi) pembangunan Indonesia ke depan yang lebih baik.  

Nilai-nilai dari kebesaran Kerajaan Majapahit misalnya, menjadi satu kekuatan sejarah Indonesia yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh komponen bangsa untuk menghadapi tantangan masa depan agar Indonesia tercinta ini menjadi bangsa yang lebih maju.

Perlu dibangun lagi waduk (bozem)
 
Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dan Pulau Jawa pada umumnya sudah dianggap sebagai kampung raksasa yang gemerlap nan super modern namun telanjur memiliki beban yang terlalu berat. Salah satu alasannya karena bencana banjir kerap melanda wilayah Jakarta.

Banjir dinilai sebagai penyakit kronis yang nyaris tak bisa disembuhkan, wilayah Jakarta sendiri secara geografis berhadapan dengan permukaan laut yang lebih tinggi daripada permukaan air sungai.

Pemprov DKI Jakarta selama ini telah berupaya keras mengatasi bencana banjir antara lain dengan membangun bendungan-bendungan di daerah hulu, tanggul pantai dan sumur resapan (drainase vertikal) serta berbagai upaya lainnya.

Pembangunan bendungan hulu bertujuan agar sebelum memasuki Jakarta, terjangan air (banjir) sudah bisa dikontrol. Jakarta sering dilanda banjir rob karena air laut naik ke daratan karena itu perlu dibangun tanggul pantai di kawasan pesisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun