Pulang ke kampung halaman atau mudik tampaknya sudah menjadi tradisi yang telah berakar kuat dalam perikehidupan Bangsa Indonesia.Â
Mudik dilakukan setahun sekali, pada saat menjelang hari raya Idul Fitri (lebaran). Dan biasanya di hari H lebaran itu para pemudik sudah berada di kampung halamannya masing-masing untuk berkumpul bersama anggota keluarga tercinta.
Mudik bagi sebagian orang yang kampung halamannya nun jauh di sana mungkin akan menjadi masalah tersendiri terutama menyangkut ongkos transportasi yang mahal. Para pemudik seperti ini akan pikir-pikir dulu bila akan mudik.
Tapi bagi sebagian orang pula, mudik harus tetap jalan meski kampung halamannya jauh dan biaya transportasinya terhitung mahal. "Mbuh yo' opo carane, sing penting iso' mudik (entah bagaimana caranya yang penting bisa mudik, red)".
Beragam Cara MudikÂ
Sewaktu berada di jalan raya sebagian dari kita pasti pernah menyaksikan sekelompok orang beramai-ramai naik truk bak terbuka karena saking inginnya mudik bertemu saudara di kampung.Â
Ada juga yang dibela-belain mudik dengan hanya naik gerobak roda tiga atau mobil pick up dengan harapan bisa bertemu orang tua atau keluarga yang telah lama ditinggalkan.
Banyak juga orang yang nekad mudik dengan sepeda motor meski kampung halamannya jauh.Â
Kemarin (06/06/2018) seperti disiarkan oleh sebuah televisi swasta nasional, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menghimbau agar jangan mudik dengan menggunakan sepeda motor karena sangat beresiko terjadinya kecelakaan.
Pemudik dari tahun ke tahun semakin meningkat saja jumlahnya. Untuk urusan bermudik ria ini negara dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhirnya cawe-cawe dengan mengeluarkan anggaran puluhan milyar untuk membantu para pemudik secara gratis. Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini.
Kemenhub mengerahkan armada darat, laut dan kereta api agar bisa memulangkan para pemudik ke kampung halamannya masing-masing.