Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hore! Aku Jadi Taruna

19 Oktober 2017   19:41 Diperbarui: 19 Oktober 2017   19:45 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dugaan saya ternyata nggak meleset, saya kira pihak admin berlebihan menilai saya. Setelah dilakukan perhitungan (maintenance) ulang ala Kompasiana ternyata pangkat saya melorot drastis dari Maestro menjadi Taruna.

Saya sepertinya lebih nyaman dengan pangkat ini he..he.. .  Lagian apa gunanya gelar maestro kalau esensinya kurang berpengaruh terhadap diri saya, malah bisa-bisa jadi bahan tertawaan kompasianer lain, malu kan. Lha wong tulisan kayak gitu aja kok diberi gelar maestro begitu kira-kira pikiran mereka.

Seorang kompasianer bisa menjadi maestro ala Kompasiana boleh jadi bukan karena kualitas dan pengaruh positif tulisan-tulisan (artikel) nya terhadap masyarakat luas melainkan hanya karena ia banyak menulis meski tulisannya itu biasa-biasa saja asal bisa HL (head line) dan banyak dikomen (dinilai) kompasianer lain.

Saya tidak terlalu mempermasalahkan sistem pangkat dan poin yang diterapkan Kompasiana karena hal itu mungkin menjadi bagian pengelolaan media warga tercinta kita ini.

Katanya sih "nantinya" poin yang berhasil dikumpulkan seorang kompasianer itu bisa menghasilkan sejumlah rupiah. Beberapa kompasianer sambil berkelakar mengatakan kalau poin yang dikumpulkan itu bisa ditukar dengan peralatan dapur seperti dandang, rantang atau voucher belanja. Sebagian lagi berkata sinis dan pesimis seraya berkata "ditukar odol atau karet KB bocor saja nggak laku"

Atau jangan-jangan ada sebagian kompasianer yang sudah menikmati manisnya sejumlah rupiah sebagai kompensasi poin atau pangkat yang mereka sandang.

Apapun pangkat atau julukan yang diberikan Kompasiana itu sesuai dengan poin yang dikumpulkan, hal itu didasarkan pada kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan.

Justru secara pribadi saya berharap dengan embel-embel "taruna" yang saya sandang akan menjadikan Kompasiana lebih mudah mengangkat (membantu) saya dalam banyak hal agar menjadi lebih baik lagi. Sebab pangkat atau julukan taruna itu kan identik dengan pelajar, pemula atau sosok yang belum berpengalaman dan pastinya bobotnya ringan alias tidak seberat maestro yang menakutkan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun