[caption caption="Lahan yang sudah dicangkuli "]
Pemupukan dan pengendalian hama-penyakit tanaman lombok kecil tampaknya tak terlalu merisaukan Pak Bandi. Lahannya yang tak begitu luas itu sudah cukup subur. Paling ia hanya menebarkan urea, TSP dan KCl secukupnya.
Untuk petak lahan 50 X 50 meter persegi ia biasanya membutuhkan 25 – 40 kg (1 sak lebih) masing-masing jenis pupuk di atas.
“Sesekali saya berikan srintil wedhus (pupuk organik dari kotoran kambing, red) sebanyak ¼ kilogram di sekitar tiap batang tanaman lombok” terangnya saat saya temui kemarin.
Hama yang biasa ditemukan pada tanaman lombok umumnya berupa kutu yang oleh Pak Bandi dinamakan gurem atau thrips. Daun rusak, pucat atau layu merupakan penyakit yang sering ia temui pada tanaman lomboknya.
[caption caption="Panen bisa dilakukan"]
Saat tanaman lombok berumur 1,5 bulan setelah pindah tanam, ketika sudah siap berbuah, dibuatlah tiang penyangga (para-para) agar saat berbuah nanti tanaman lombok tidak mudah rebah. Lombok mulai berbuah pada umur 2 bulan, pemeliharaan secara intensif mulai dilakukan karena tanaman sudah memperlihatkan hasilnya.
Umur 2,5 sampai 3 bulan setelah pindah tanam itu, lombok kecil sudah bisa dinikmati hasilnya. Selanjutnya setiap selang 5 – 7 hari sekali pemanenan bisa dilakukan.
Kata Pak Bandi, bila perawatan dan pemupukan bisa dilakukan secara teratur maka tanaman lombok kecil bisa dipetik buahnya sampai umur 3 tahun.
Kini harga lombok kecil di pasar tradisional mencapai 15 – 20 ribu sekilonya. Mengingat harga di pasaran yang lumayan bagus, beberapa petani mengikuti jejak Pak Bandi mulai bertanam lombok kecil nan pedas itu.