Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sebaiknya Ahok Batalkan Saja Wacana Basmi Tikus yang Per Ekor Rp 20 Ribu Itu

22 Oktober 2016   00:10 Diperbarui: 22 Oktober 2016   22:32 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang sih ya maksud Ahok baik agar Jakarta ini bebas dari ulah tikus-tikus yang sangat mengganggu itu. Tikus di Jakarta ini saking besarnya sampai-sampai kucing pun ngeper sama mereka. Sudah gitu dengan resenya mereka gradak-gruduk di plafon rumah, lari dengan kecepatan tinggi melintasi kabel-kabel listrik, tengah malam lagi enak-enakkan tidur bunyi piring, sendok, wajan, dan panci di tempat cucian tang ting tang ting tang ting akibat ulah makhluk yang sangat menjengkelkan itu yang ngubek-ngubek sisa-sisa makanan di piring dan panci. Begitu pula di tong sampah depan rumah krasak-krusuk bikin tidur pun jadi enggak nyenyak kirain ada maling yang mau masuk rumah gegara ulah tikus-tikus yang sangat mengganggu kenyamanan itu. Kalau aku di rumah ada senapan angin, soale racun tikus sudah enggak mempan lagi. Para tikus itu sudah pada cerdas-cerdas. Mereka tau kalau makanan yang diumpan itu ada racunnya. Daripada pusing-pusing, mendingan beli senapan angin, tiap kali lihat tikus di depan mata, langsung kokang senapan dan tsiiingg... terkapar dah tikusnya menghadap sakratul maut, menggelepar sebentar lalu koit. Kalau kuhitung-hitung sudah ratusan ekor yang koit di tanganku. Kalau per ekor Rp 20 ribu, bisa kaya aku, enggak usah kerja lagi, tiap hari buru tikus saja. Kalau di rumah tikus-tikusnya sudah habis terjual ke Pemprov DKI, kan bisa berburu di rumah tetangga, rumah kerabat dan sanak saudara. Efek Domino Komersialisasi Perang Melawan Tikus Kalau Presiden Rodrigo Duterte menyatakan perang melawan narkoba dengan bunuh mati 30 orang bandar narkoba saban hari, tentu saja enggak ada efek sampingnya, paling tinggi dimusuhi sama Amerika yang menjunjung tinggi HAM itu. Tapi kalau perang melawan tikus lalu dibeli dengan harga Rp 20 ribu per ekor, ya tentu saja efek domino pasti akan timbul di mana-mana. Tiap hari orang kerjanya ngubek-ngubek seluruh Kota Jakarta untuk berburu tikus. Selain itu juga berpotensi menimbulkan kecurangan dengan modus ala Abu Nawas, yaitu beternak tikus. Kan lumayan daripada capek-capek nangkap tikus ke sana kemari tak tentu arah, mendingan diternak saja. Kalau setiap hari, enggak usah banyak-banyak lah, 10 ekor tikus saja yang lahir dari hasil beternak itu, tinggal ambil kalkukator, lalu mari kita sama-sama berhitung. 10 ekor sehari, sebulan sudah menghasilkan 300 ekor. 300 ekor dikalikan Rp 20 ribu sudah dapat Rp 6 juta. Ngapain lagi kerja di kantor kalau begitu? Itu belum lagi modus lainnya, yaitu import tikus dari luar Jakarta. Tinggal pesan saja ke teman atau keluarga yang berdomisili di luar Jakarta, gua beli per ekor tikus Rp 10 ribu, kan lumayan masih untung Rp 10 ribu kalau dijual ke Pemprov DKI. Makanya aku bilang mendingan wacana Ahok perang melawan tikus dengan membeli per ekor Rp 20 ribu itu sebaiknya dibatalkan saja karena sudah barang tentu Jakarta akan dipenuhi dengan Rat Hunter di mana-mana di seluruh penjuru kota. Para pemburu tikus akan berbondong-bondong nenteng senapan angin dan jaring untuk nangkap tikus. Salah tembak kena kupingnya orang, bisa berurusan dengan pak polisi, sel tahanan di Polda Metro Jaya akan penuh sesak karena kasus salah tembak hanya gegara mau ngejar tikus itu. Lantas Solusinya Bagaimana? Solusinya sebenarnya mudah saja, enggak perlu ribet mikirinnya. Kalau aku usul, manfaatkan petugas PPLU alias pasukan oranye itu. Tugas pokok mereka kan untuk menjaga kebersihan, termasuk kebersihan kota dari tikus tentunya. Bukankah Pemprov DKI saban bulan menggelontorkan miliaran rupiah untuk menggaji mereka menjaga kebersihan kota? Ya sudah itu saja. Gitu aja kok repot (minjem istilahnya Gus Dur).

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun