Aku sangat kritis sekali kalau modelnya macam begini ini. Seperti apa kata sahabat Kompasianer aku, terima kasih Mawalu sudah dukung Jokowi jadi Presiden karena sudah konstitusional dan sesuai UU yang berlaku, kalau melenceng yuk kita timpukin ramai-ramai.
Maka Anda jangan marah kalau ku timpukin aturan-aturan seenak udelnya itu melalui tulisan ini.
Bagaimana aku enggak bilang seenak udel, contoh nyatanya saja beras untuk rakyat miskin (raskin) dihapus Jokowi hanya gara-gara itu programnya SBY dulu. Harga BBM dinaikkan dengan tergopoh-gopoh, semuanya mau serba instan, semuanya mau serba cepat supaya dipuji orang. Akibatnya tak di pikirkan, justru fatal bagi semua orang.
Semua harga barang melambung tinggi. Ongkos angkutan umum naik, sembako naik tinggi, harga tiket kereta api naik, harga elpiji 3 kg naik, harga listrik pun naik seenak udelnya mereka.
Kacau, bukan?
Yang jelas, pemerintah saat ini telah menginjak-injak Hak Asasi Manusia dengan semena-mena, memaksa warga negaranya untuk hidup ikat perut. PNS meeting disuruh makan ubi. Padahal mereka sendiri meeting di Hotel dan makan enak. Reseh.
Yang lebih kasihan lagi, program insentif gaji PNS ke-13 yang digagas SBY pun dihapus, Kurikulum gagasan pemerintahan pak SBY dihapus semena-menna, insentif dan bonus PNS dicabut, maka jangan heran para mayoritas PNS sekarang menangis darah menyesal seumur hidup gara-gara dulu terlalu ngotot salam dua jari, nyatanya hasilnya justru hanya bikin sengsara diri mereka sendiri.
Ini bukan namanya salam perubahan, melainkan ngawur. Ngaco belo. Cepat atau lambat Indonesia akan tumbang kalau caranya begini. Jadi kalau ada wacana Jokowi akan tumbang di tahun 2016 nanti, aku tak setuju. Lebih cepat lebih baik.
Dan konyolnya para o'oners dan o'onawati pendukung fanatik Jokowi masih saja belum mau mengerti. Yang kritik keras dan cadas dianggap belum Move on. Padahal dalam hati mereka diam-diam ngedumel, semprul nian kok hidup jadi sulit begini sih, apa-apa jadi mahal.
Namun supaya enggak malu karena sudah terlanjur dikenal sebagai pendukung fanatik, maka para o'oners dan o'onawati itu pun terpaksa jadi munafiqun pura-pura bela mati-matian semua program Jokowi yang menyengsarakan semua orang itu.
Itulah sebabnya aku sangat sangsi apakah mereka itu benar-benar mengerti apa maksud Move On yang sesungguhnya.