Mohon tunggu...
Mawaddah Perabawana
Mawaddah Perabawana Mohon Tunggu... Lainnya - Ù…

Aku seorang penakut. Lalu, Pram pernah berkata "menulis adalah sebuah keberanian"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontribusi Santri dalam Memajukan Kembali Peradaban Islam Melalui Literasi

28 November 2022   07:31 Diperbarui: 25 April 2024   19:20 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi: Kegiatan santri di pondok pesantren

Dinamika peradaban Islam mengalami proses panjang yang dimulai ketika Islam lahir hingga saat ini. Masa kemajuan dan kemunduran peradaban Islam masing-masing membangun kebudayaan dengan menyisakan tradisi yang berkembang di masyarakat. Menurut catatan sejarah dunia, the Islamic Golden Age didominasi pada abad ke-8 hingga 13 Masehi.

Pada masa itu, Islam memancarkan cahaya dari berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang pengetahuan yang sangat erat kaitannya dengan term literasi. Kemudian, literasi inilah yang menjadi tonggak majunya dunia pendidikan yang mengakar pada pembangunan sosial.

Isu kemunduran peradaban Islam diperbincangkan dalam diskusi produktif hingga menggali ke belakang sejarah masa klasik, di mana pada masa tersebut kemajuan peradaban Islam mengalir dari hulu ke hilir. Jungkir balik, saat ini peradaban Islam didiagnosis melangkah ke belakang akibat kemampuan literasi umatnya yang luntur. Term literasi pula yang digadangkan sebagai faktor utama mundurnya peradaban Islam saat ini.

Menilik sedikit peradaban Islam di Indonesia, term literasi bukanlah pembahasan yang membuat lesu untuk sekedar dikisahkan. Bahkan, ulama di Indonesia ikut berkontribusi dalam progres edukasi masyarakat Indonesia pada waktu yang tidak sebentar.  Selain itu, literasi juga ikut berpartisipasi dalam melengkapi naskah-naskah Islam Nusantara.

Produk literasi Islam di Indonesia bahkan telah eksis pada sebelum era percetakan (sebelum abad ke-19) muncul berupa manuskrip-manuskrip berisi tata cara ibadah. Setelah era percetakan, Kiai Soleh Darat pertama kali menyusun kitab Fasalatan (panduan salat) dengan aksara Pegon dan berbahasa Jawa Ngoko. Sampai di sini, Indonesia ikut mengangkat peradaban Islam melalui kearifan lokal yang diakulturasikan dengan tradisi Islam.

Sejak awal berkembangnya Islam di Indonesia telah dibangun sumber daya manusia yang bersifat religius dan nasionalis melalui pembentukan karakter pada pelajar yang menimba ilmu di lembaga pendidikan pesantren atau lumrah disebut dengan santri. Adanya lembaga pendidikan tersebut menambah koleksi tradisi Islam di Indonesia. Kelompok masyarakat yang menetap di pesantren menciptakan berbagai kebudayaan yang khas dan sedikit banyak mempengaruhi sosiokutural di Indonesia.

Budaya di pesantren tersusun atas aktivitas keseharian yang dirancang oleh sistem kepengurusan dengan nilai filosofis yang tinggi. Nilai-nilai kehidupan disertakan dalam rangka mendidik jiwa agar siap menapaki dunia luar yang terus berevolusi. Budaya di pesantren selalu memperhatikan hal-hal kecil hingga besar dengan tujuan ikut menjaga esensi keislaman yang rahmatallil'alamin.

Beberapa budaya di pesantren diantaranya membaca Al-Qur'an dan kitab klasik, menghafal Al-Qur'an dan bait nadzam, kegiatan sorogan, bandongan, bahthu al-masa'il, mushawarah, muthala'ah, dan muraja'ah. Kegiatan-kegiatan tersebut mengasah kemampuan santri untuk melakukan kegiatan literasi mencakup kemampuan membaca, menulis, menganalisis, dan kritis terhadap suatu objek.

Inilah kemampuan dasar ulama terdahulu yang berhasil memproduksi karya-karya fenomenal yang telah teruji relevansinya sebagai panduan berkehidupan hingga mampu memajukan peradaban dunia Islam. Menimbang eksistensi santri di Indonesia, mampukah kelompok masyarakat tersebut berkontribusi mengangkat peradaban Islam yang telah dianggap mundur?

Intervensi ulama dalam produktivitas literasi Indonesia telah terbukti dengan karya tulis yang terus dibumikan hingga kini. Ulama Indonesia menulis karya tulis kitab sebab urgensi pemahaman ilmu agama sebagai petunjuk dalam menjalin hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia.

Meskipun, karya-karya demikian tersebut telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, ulama Indonesia memberikan sajian baru yang diakulturasikan dengan kebudayaan Indonesia. Tujuannya tidak lain untuk mempermudah masyarakat Indonesia memahaminya dan nilai lebih sebagai warna baru keragaman budaya di Indonesia. Demikian ini adalah salah satu hikmah dari Islam yang ramatallil'alamin.

Pada era milenial saat ini, santri dihadapkan pada perubahan sosiokultural yang terpengaruh dengan globalisasi dan lajunya kemajuan teknologi. Dampak yang muncul harus disaring agar tidak terjadi keretakan budaya yang telah tertata rapi membangun peradaban Islam di Indonesia. Maka, perlu dibangun kerakter santri yang melek dan paham akan nilai religius dan nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun