Mohon tunggu...
Maulida setiani
Maulida setiani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - 19160056

Probolinggo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kondisi Keluarga Memengaruhi Temperamen?

19 Februari 2020   15:30 Diperbarui: 19 Februari 2020   15:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia memilki respon berbeda beda terhadap apa-apa yang baru. Nah respon seseorang ini disebut tempramen. Tempramen menurut 3 tokoh memiliki karakteristik yang berbeda beda. Pengasuhan orang tua pada masa kecil dapat mempengaruhi tempramen anak. Setiap anak memiliki kelemahannya masing masing. Pada masa kecilnya dididik dengan keras dan selalu dilarang maka pengaruhnya mereka menjadi sering takut. Itu sangat berbahaya untuk masa depannya dikemudian hari.

Ibu adalah orang terdekat anak setelah anak bisa melihat dunia. Namun, pengasuhan yang salah juga dapat mempengaruhi kedekatan anak dengan ibu. Tempramen memilik  ciri khas tersendiri yaitu, terletak pada gaya perilaku seseorang dan cara khasnya memberikan tanggapan. Selanjutnya tempramen juga memiliki ciri bagaimana orang berperilaku. Artinya bukan menanyakan apa yang mereka lakukan tapi bagaimana mereka melakukan. Tempramen merukan inti dari perkembangan kepribadian.

Namun, ada yang harus diperhatikan dalam tempramen ini. Tempramen setiap orang berbeda, tidak pernah dikategorikan dalam satu dimensi tempramen. Yang kedua yaitu perbedaan individual dan kematangan. Yang ketiga tempramen merupakan faktor dari Biologis  atau pengaruh Gen dan karakteristik Fisiologis tertentu). Dan keempat, dibedakan dengan gender, pengasuhan orang tua yang membedakan antara perempuan dengan laki laki.

Kehilangan salah satu orang tua merupakan perubahan tempramen yang sangat dasyat. Pada setiap anak memiliki kenangan dengan orang tua mereka. Baginya orang tua adalah harta yang paling berharga dari segalanya.

Ada sebuah keluarga dengan sampul diluar terlihat seperti keluarga harmonis, padahal sebenarnya setiap anggota didalamnya sangat menderita. Ayah mereka yang pernah selingkuh dengan perempuan lain, ibu yang tau tentang perselingkuhan tersebut, dan anak yang melihat dengan jelas bagaimana mereka berdua bertengkar didepan anak tersebut. Namanya Biru, umurnya masih kecil, pada saat itu ia berumur 4 tahun. Tetapi diumur sekecil itu seharusnya dia tidak mengetahui pertengkaran itu.

Namun karena kesalahan orang tuanya kurang teliti bertengkar didepan biru. Setiap hari, harinya dilalui dengan melihat lagsung pertengakaran mereka. Kemudian menginjak dia berumus 9 tahun, ibu nya punya penyakit yang parah hingga mengharuskan dia sering ditinggal oleh orang tuanya. Ibu berobat dan ayah mengantarkannya. Itu berlangsung hingga dia menginjak remaja. Sesekali mereka bertengkar ketika sang ibu mengungkit masalah yang sudah lama terjadi.

Perasaan biru saat itu dia memiliki dendam dengan sang ibu karena selalu mengungkit maslah yang sudah bertahun tahun yang lalu. Biru ingin keluarganya hidup dengan harmonis. Selalu ada perasaan marah ketika mendengar orang tua bertengkar. Ketika menginjak remaja saat biru berumur 15 tahun, ibunya meninggal. Biru merasa sangat kehilangan dan bersalah atas dendam kepada ibunya tersebut. Hari harinya selalu menangis dan merasa bersalah.

Pada waktu berdekatan ayahnya menikah lagi. Dan pada saat itu biru merasa kehilangan ibu dan kehilangan sosok ayah, karena ayah lebih memilih menikahi perempuan lain dari pada mendengarkan anaknya yang meminta agar tidak menikah lagi. Disitu biru merasa sakit bertubi tubi. Hingga setelahnya, pribadi biru yang awalnya periang menjadi pendiam dan selalu murung.

Komplikasi masalah ini mempengaruhi tempramen anak. Biru terbentuk saat ini selalu insecure untuk melakukan apapun. Karena dia mendapatkan minim dukungan. Dan itu membuat dia merasa bingung hidupnya akan menjadi seperti apa.

Dengan cerita diatas sebagai calon orang tua taua yang sudah menjadi orang tua harus menyesuaikan pengasuhan dengan tempramen anak. Ketidak sesuaian antara tempramen anak dengan tuntutan yang harus dihadapi membuat pribadi anak menjadi kacau.

Mohon maaf apabila ada kesalahan, terima kasih. Salam Biru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun