Ende-Pasca penutupan kasus dugaan pembunuhan terhadap  ASN Anselmus Wora oleh Direskrimum Polda NTT, banyak protes dan kecaman dari berbagai kalangan terhadap putusan tersebut.
Protes dan kecaman itu lebih banyak dilihat melalui media sosial Fecebok dan hampir disetiap pemberitaan dimedia online dan cetak.
Tidak hanya itu, tepat di hari Sabtu, 7 Maret 2020, Jam 19.00, di seputaran Jalan Eltari (dekat patung triping), Forum pencari keadilan untuk Anselmus yang di inisiator oleh GMNI Cabang Ende menggelar kegiatan "Gerakan Seribu Lilin Keadilan Untuk Ansel".
Simbol dari Gerakan tersebut adalah sebagai bentuk protes terhadap di SP3 nya kasus kematian Anselmus yang dinilai terlalu prematur.Â
Antusias warga dan rasa empati dan simpatik atas peristiwa tersebut dibuktikan lewat ratusan warga kota Ende memadati jalan Eltari untuk mengikuti kegiatan Gerakan seribu lilin keadilan untuk Ansel.
Walaupun cuaca agak tidak sedikit mendukung, semenjak dari jam 17.30 sore hujan turun, tapi tidak menyurutkan semangat wargat untuk menghadiri kegiatan dimaksud.
Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Lapangan Marianus Yanto Woda atau biasa disapa Bung Yanto saat dimintai keterangannya.
Kata Bung Yanto, Gerakan Seribu Lilin Keadilan untuk Ansel dimaksud sebagai bentuk protes atasan putusan Direskrimum Polda NTT silam yang terlalu prematur.
Asap hitam kelam yang keluar dari lilin mau menandakan kedukaan amat sangat atas putusan Polda untuk menutup kasus ini karena tidak memiliki bukti yang cukup untuk dilanjutkan, ujarnya.
Gerakan seribu lilin keadilan untuk Ansel juga sebagai gerakan untuk menggugah nurani penegak hukum agar kebenaran dan keadilan tidak boleh mati suri di kota pancasila Ende ini.