Sungguh menarik ketika melihat game ini muncul dan dimainkan oleh beberapa kalangan youtuber. Game yang saat ini menjadi buah bibir dalam kehidupan cyber, Detroit Become Human, memberikan beberapa pesan menurut saya penting dan bisa menjadi bahan untuk berkontemplasi saat ini. Penulis tidak akan menceritakan alur panjang yang dibangun oleh game ini, melainkan ingin memberi catatan menarik apabila direfleksikan dengan isu saat ini.
Dalam permainan itu terlihat bagaimana terdapat beberapa robot, androids, yang mampu bertindak menyimpang (deviance) karena dirinya bergerak seperti naluri manusia, alias diri mereka tidak bergerak sesuai fungsinya seperti menyapu rumah, menyuci piring, mengajak adik pergi ke taman kota, dan lain-lain sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Mereka yang tidak berjalan sesuai dengan fungsinya disebut deviants.Â
Naluri itu muncul ketika dalam cuplikan game terdapat android yang diberi nama Kara oleh pemiliknya untuk membersihkan rumah yang begitu berantakan. Dalam rumah itu dihuni oleh dua orang, ayah dan anak, yang mana hubungan mereka tidak begitu baik. Namun, suatu ketika pada suatu malam, ketika Kara telah menyiapkan makanan untuk ayah dan anak.Â
Makanan itu telah siap sedia diletakkan di atas meja ruang makan. Lalu, ayah dan anak itu duduk kursi untuk menyantap makan malam yang telah disediakan. Namun, ayah itu tiba-tiba mengeluarkan amarah hingga melempar meja yang telah tertata rapi dan bergegas menampar anaknya sendiri. Ia melakukan itu karena merasa dirinya tidak mampu membesarkan anaknya dengan baik, ditambah ketika android ini hadir, seakan posisinya sebagai ayah telah digantikan oleh robot itu. Anak itu pun berlari ke lantai atas dan masuk ke kamarnya karena takut akan ayahnya berlaku kasar terhadapnya.Â
Ayah itu pun kembali ke ruang televisi mengambil obat-obatan dan dihisap olehnya berkali-kali. Setelah itu, ayah itu mengambil tali ikat dan bergegas ke atas seakan dirinya siap untuk memukul anaknya bertubi-tubi.Â
Ia memperingatkan Kara untuk tidak ikut campur urusannya. Kara pun hanya boleh berdiri di ruang makan. Namun, Kara seakan sebagai android merasa hal itu tidak harus terjadi oleh si anak apabila akan dipukul oleh ayahnya berkali-kali. Naluri empati muncul saat itu Kara tidak mampu melihat orang lain menderita.Â
Ia pun bergegas ke atas dan melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh ayahnya untuk berdiam diri di ruang makan. Kara pun berusaha melindungi anak itu dari ayahnya. Atas empati yang muncul, Kara sebagai android dianggap sebagai deviant.Â
Sedangkan, dalam dunia saat ini, ayah yang memukuli anaknya sendiri adalah suatu yang tidak manusiawi, dan juga dianggap menyimpang. Perbuatan menyimpang seakan tidak selamanya dianggap suatu yang buruk, terdapat tindakan kebenaran di dalamnya, selama itu tidak mencelakai orang lain. Seakan android lebih mengedapankan nilai moral di dalamnya, namun tetap dirinya dianggap robot yang menyimpang (deviant).
Kita semua mengetahui bahwa media memiliki pengaruh yang begitu kuat dalam menyuguhkan perspektif kehidupan kita, sebagai publik, dan dalam melihat isu yang terjadi setiap hari.Â
Dalam game ini rupanya ditemukan begitu banyak android yang melakukan penyimpangan. Mereka melakukan tindakan menyimpang karena banyak kasus atas tindakan semena-mena manusia kepada diri mereka. Membuat para android berusaha menegakkan kebebasan hingga membuat march di tengah kota Detroit. Para jurnalis pun turut hadir dan mengangkatnya sebagai isu terorisme di media.Â