Pengukuran kinerja merupakan hal yang esensial bagi sebuah perusahaan, dan pengukuran kinerja secara finansial saja ternyata tidak cukup mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Karena itu, konsep scorecard (ukuran kinerja) lama yang hanya berdasarkan finansial mulai ditinggalkan. Muncul pemikiran baru yang dipelopori Kaplan (guru besar Ilmu Akuntansi dari Harvard Business School) dan Norton (konsultan dalam manajemen akuntansi dari Amerika) pada tahun 1992 untuk memperkenalkan konsep Balanced Scorecard sebagai suatu measurement system yang mencoba menyeimbangkan alat ukur lama yang hanya berdimensi finansial dengan dimensi baru yang bersifat non-finansial.
Pada prinsipnya, Balanced Scorecard adalah konsep yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Balanced Scorecard telah menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, dengan mengkombinasikan pengukuran-pengukuran tradisional yang menggunakan parameter finansial dengan pengukuran-pengukuran yang bersifat non-finansial secara seimbang, dengan menggunakan empat perspektif, yaitu : perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan sumber daya manusia (SDM).
Fokus dari balanced scorecard adalah untuk meningkatkan proses manajemen dalam klarifikasi dan translasi dari visi dan strategi. Selain itu juga untuk komunikasi dan hubungan tujuan dan ukuran strategi, rencana set target dan aliansi inisiatif strategi, serta untuk mencapai dan mempelajari strategi feedback.
Sejak diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton, balanced scorecard  seakan telah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menerapkannya. Dan tak terhitung berapa banyak perusahaan di dunia ini yang menggunakan balanced scorecard sebagai tools untuk mengukur kinerja perusahaan. Namun, suatu kenyataan pula, dari sekian banyak perusahaan yang mengaplikasikan balanced scorecard, hanya sekitar sepuluh persen yang berhasil. Selebihnya hanya menghasilkan tumpukan dokumen. Mengapa demikian? Kuncinya ternyata pada strategy map. Perusahaan-perusahaan yang gagal dalam menjadikan balanced scorecard sebagai tools untuk meningkatkan kinerja dan tools untuk menggapai cita-cita, ternyata mereka tidak memiliki strategy map.
Dari hasil penelitian, perusahaan-perusahaan yang berhasil menggunakan alat manajemen tersebut antara lain karena adanya konsistensi dalam mensinkronkan (realigning) antara visi dan strategi serta program yang ditulis dalam Corporate Strategic Planning (Rencana Stratejik Perusahaan). Â Yang melandasi berhasilnya kinerja perusahaan adalah bila Board of Directors memiliki KPI (Key Performance Indicators) dan setiap Director memiliki KPI yang akan terus diturunkan ke bawah (cascading down) sampai ke tingkat Pelaksana. Sebab, tanpa KPI Board dan Directors akan sulit bagi Pelaksana untuk mencapai kinerja dan visi perusahaan.
Para Pemegang Saham perusahaan tentunya menghendaki suatu kepastian arah dan tujuan perusahaan serta pengembangannya.Mengapa kepastian arah yang akan dituju dan pengembangannya perlu disusun dan terdokumentasi?
Jawabannya ada pada Program Workshop 2 (dua) hari ini, yang akan memberikan keterampilan kepada para Peserta untuk dapat melaksanakan Pengukuran Kinerja Perusahaan berdasarkan Balanced Scorecard.