Mohon tunggu...
Massitha TirtaRamahdani
Massitha TirtaRamahdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sithaa

Mahasiswa S1 Gizi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Stunting di Indonesia

7 November 2021   13:08 Diperbarui: 7 November 2021   13:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama               : Massitha Tirta Ramahdani

NIM                : 2330021035

Kelas               : Gizi/A

Stunting merupakan kekurangan energi protein dalam jangka panjang yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan sesuai umur pada umumnya. Stunting tidak terlepas dari berbagai faktor yang ditentukan oleh penentu yang tersusun berlapis (langsung, tidak langsung, dan dasar). 

Dalam penelitian ini difokuskan pada faktor penentu yaitu pola asuh makan, intake zat gizi, berat lahir anak dan pemberian ASI ibu. Dan Indonesia merupakan negara tertinggi ke 4 untuk angka stunting di Asia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek. 

Data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka kejadian stunting pada anak balita di Indonesia yaitu sebanyak 37,2%. Berdasarkan titik sebaran riset yang dilakukan oleh KEMENKES hamper seluruh provinsi kecuali Sumatera Selatan dan Bali memiliki presentase stunting diatas batas WHO.

Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, pemilihan jenis makanan merupakan hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Secara umum terdapat 6 zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral seperti diantaranya zat besi (Fe) dan seng (Zn).

Dampak dari stunting bagi individu sendiri sangat beragam, yaitu diantaranya daya kemampuan kognitif menurun, daya tangkap dan kecerdasan melemah, badan menjadi mudah sakit, fungsi tubuh menjadi tidak seimbang, dan postur tubuh yang rendah.

Sedangkan efek jangka panjang pada kasus stunting yaitu penurunan tingkat kelangsungan hidup, gangguan perkembangan kognitif dan motorik, penurunan produktivitas ekonomi, dan juga kesempatan yang lebih tinggi untuk hidup dalam kemiskinan di masa dewasa. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh beberpa mahasiswa Indonesia, sebanyak 39,8% anak stunting mengalami susah makan, sedangkan anak normal sebesar 29,7. Bila anak tidak mau makan sebagian besar melakukan upaya menyuapi dan membujuk.

Stunting merupakan kondisi yang irreversible atau tidak dapat diperbaiki setelah anak menginjak usia 2 tahun. Maka dari itu diperlukan pencegahan stunting pada anak sejak masa kehamilan. Menurut artikel Kesehatan, langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro. Contohnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Langkah selanjutnya yaitu melakukan pemeriksaan kandungan kedokter obgyn secara rutin, dan rajin berolahraga untuk ibu hamil.

Lalu, yang pencegahan yang dilakukan pada anak dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, memberikan MPASI yang mengandung karbohidrat serta protein yang cukup untuk anak, memantau tumbuh kembang anak, serta menjaga Kesehatan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun