Wayang kulit dan gamelan adalah salah satu kreasi yang diciptakan oleh sang wali. Pementasan wayang kulit dan ditabuhnya gamelan adalah dimaksudkan untuk mengumpulkan masyarakat sekitar.
Setelah masyarakat berkumpul maka diselipkanlah pesan-pesan dakwah yang damai. Sebuah kearifan yang ditunjukkan oleh para wali dalam menyebarkan agama Islam secara damai.
Sekaten = Syahadatain
Sekaten sendiri diyakini berasal dari kata Syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat sebagai tanda seseorang  telah memeluk agama Islam.
Pada acara grebeg sekaten, seminggu sebelum puncak acara, para nayogo (penabuh gamelan) memainkan gamelan Kyai Guntur Madu dan Nogo Wilogo di masjid Kauman.
Masyarakat disamping disuguhi permainan gamelan yang syahdu juga mendengarkan dakwah dari ustadz abdi dalem kraton.
Belakangan memang ada semacam degradasi nilai dari penyelenggaraan sekaten. Tahun-tahun 70 sampai 80an pada malam hari orang berbondong-bondong datang ke acara grebeg sekaten bukan untuk mendengarkan dakwah tetapi untuk nonton pasar malam atau stand dangdut.
Upaya-upaya untuk mengembalikan ruh grebeg sekaten sebagai sarana dakwah dan memperingati maulid Nabi Muhamnad SAW pun terus dilakukan.
Saya yang sudah 30an tahun meninggalkan Yogyakarta untuk merantau sudah tidak pernah lagi melihat keramaian pasar malam sekaten dan rebutan gunungan.Â
Kangen berdesak-desakan berebut gunungan. Ngalap berkah Sinuwun !
Jkt, 291020